Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas perbankan sampai saat ini memang tengah menjadi salah satu yang diantisipasi oleh beberapa bankir. Sebab, kondisi tersebut dinilai tetap menjadi tantangan dalam jangka pendek.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso mengungkapkan, kondisi likuiditas ini masih menjadi tantangan di kuartal I-2024. Setidaknya, hingga suku bunga acuan yang diprediksi baru bakal turun di paruh kedua tahun ini.
“Harapan kami, nanti setelah lewat satu semester, semoga bisa memasuki era suku bunga rendah atau normal kembali,” ujar Sunarso dalam keterangan resmi Jumat (3/2).
Baca Juga: Pada Tahun Lalu, Tren Hapus Buku Bank Besar Kompak Meningkat
Oleh karena itu, Sunarso bilang BRI terus membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga, baik pinjaman maupun simpanan. Tentunya mempertimbangkan banyak faktor seperti biaya dana, persaingan, serta kondisi perekonomian.
Meski demikian, Sunarso mengungkapkan bahwa BRI hingga 2023 berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai, di mana tercatat LDR BRI sebesar 84,2%. Selain itu, BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai sebesar 27,3%.
Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, Sunarso optimistis masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik pada tahun ini. Dalam kondisi apapun, lanjutnya, BRI tetao menerapkan secara konsisten strategi just right liquidity.
Baca Juga: Pegadaian dan BRI Tawarkan UMKM Solusi Pendanaan dengan Gadai Non Emas
“Artinya, kami tidak menumpuk likuiditas yang berlebihan, tetapi juga tidak membiarkan kita kekurangan likuiditas, supaya BRI tetap bisa terus tumbuh secara optimal,” tambahnya.
Meskipun terdapat tantangan berupa ketatnya likuiditas, Sunarso berharap BRI tetap memiliki pertumbuhan kredit yang agresif di tahun 2024.
“Kalau sekarang BRI tumbuh kreditnya 11,2%, kemudian BRI ingin tetap tumbuh agresif di 2024 yakni 11-12%, ” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News