kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Meski lesu di awal tahun, bankir menilai pendapatan bunga akan tumbuh stabil di 2019


Minggu, 12 Mei 2019 / 16:01 WIB
Meski lesu di awal tahun, bankir menilai pendapatan bunga akan tumbuh stabil di 2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan pendapatan bunga perbankan di awal tahun 2019 belum terlalu deras. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia menunjukkan per Februari 2019 pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) baru tumbuh 3,42% secara year on year (yoy) menjadi Rp 60,95 triliun dari setahun sebelumnya Rp 58,93 triliun.

Penyebabnya antara lain pendapatan bunga perbankan masih tumbuh lebih pelan dibandingkan beban bunga. Sampai Februari 2019 tercatat beban bunga naik 10,4% yoy menjadi Rp 77,7 triliun. Sedangkan pendapatan bunga baru tumbuh 7,48% yoy mencapai Rp 138,65 triliun.

Kendati masih lesu di awal tahun, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id tetap optimistis pertumbuhan bunga masih bisa terangkat di tahun 2019. Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang pada Desember 2019 menargetkan NII bisa tumbuh 10% yoy.

Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Purbantarikso mengatakan hal tersebut bisa dicapai dengan asumsi kredit BTN naik sebesar 10% di tahun 2019. Strategi yang dilakukan BTN untuk mencapai target yakni melalui fokus peningkatan CASA untuk efesiensi terhadap beban bunga. Bank spesialis kredit perumahan ini pun tak berencana menaikkan bunga kredit untuk mendorong pendapatan bunga.

"Upaya yang dilakukan adalah dengan merekomposisi deposito berbiaya mahal, meningkatkan average balance tabungan segmen mass dan meningkatkan akuisisi nasabah baru," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (10/5).

Sebagai catatan saja, per kuartal I-2019 lalu NII BTN tumbuh tipis 1,44% yoy menjadi Rp 2,4 triliun. Kendati pendapatan bunga naik tinggi 21,69% yoy menjadi Rp 6,42 triliun, beban bunga BTN masih tinggi sebesar Rp 4,02 triliun atau naik 38,17% yoy.

Di sisi lain, PT Bank OCBC NISP Tbk memasang target konservatif untuk pertumbuhan NII. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang pihaknya hanya mematok target satu digit untuk NII. "Karena terlihat kenaikan suku bunga kredit tidak bisa setinggi kenaikan yang sudah terjadi untuk bunga dana," terangnya, Minggu (12/5).

Bila ditelusuri, NII OCBC NISP per Maret 2019 memang belum maksimal alias turun 1% yoy menjadi Rp 1,54 triliun. Parwati mengatakan OCBC NISP tengah berupaya untuk mengendalikan bunga dana sekaligus menjaga rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) rendah.

Di sisi lain, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) justru mencetak pertumbuhan cukup deras di awal kuartal II 2019 dari sisi NII. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menjabarkan per April 2019 NII sudah naik 12,92% yoy menjadi Rp 1,31 triliun. Sebabnya, pendapatan bunga naik terbilang tinggi 14,66% yoy menjadi Rp 1,8 triliun sedangkan beban bunga masih terjaga di kisaran Rp 493 miliar atau naik 14,66%.

"Per April 2019 beban bunga mulai turun, kalau akhir tahun 2019 kurang lebih pertumbuhan NII sama (stabil) di 12%," katanya. Hal ini dicapai Bank Jatim dengan menekan biaya bunga sambil selektif menyalurkan kredit.

Senada dengan Ferdian, Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Satinder Ahluwalia menyebut kalau NII masih akan tumbuh stabil dengan pencapaian di tahun 2018. Asal tahu saja, akhir 2018 lalu NII Danamon hanya tumbuh 2% yoy menjadi Rp 14,43 triliun.

Hanya saja Ahluwalia optimis setidaknya NII akan diupayakan naik sebesar 8%-10% di 2019, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang dipatok naik pada level sama. "Karena tidak ada perubahan kontribusi, masih sama. Dampaknya mungkin NIM (net interest margin) tapi hanya siklus saja, tidak terlalu signifikan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×