kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Meski melambat, bank belum akan revisi target


Senin, 09 Juni 2014 / 09:24 WIB
Meski melambat, bank belum akan revisi target
ILUSTRASI. Cara download foto Instagram HD tanpa aplikasi.


Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat, penyaluran kredit perbankan pun ikut pelan. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit perbankan tumbuh 18% secara year on year menjadi Rp 3.386 triliun, dibandingkan April 2013, yang senilai Rp 2.856 triliun. Maret 2014, kredit masih tumbuh 19,1%.

Dari total penyaluran kredit itu, kredit investasi mencapai Rp 822,4 triliun. Berikutnya kredit modal kerja sebanyak Rp 1.614,2 triliun, dan kredit konsumsi sebesar Rp 949,8 triliun.

Kelompok bank BUMN menyumbang Rp 1.170 triliun dari total kredit per April 2014. Kredit BPD senilai Rp 271 triliun, bank swasta nasional senilai Rp 1.486 triliun, bank asing dan campuran Rp 390 triliun, serta bank perkreditan rakyat (BPR) sebanyak Rp 58 triliun.

Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI bilang, kredit melambat karena bank mematuhi himbauan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BI untuk mengerem laju kredit. "Kami mengarahkan kredit tetap tumbuh sebesar 15%-17% pada tahun ini," kata Perry, Jumat (6/6).

Meski melambat, Bank Central Asia Tbk (BCA) dan Bank OCBC NISP Tbk belum berniat merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA bilang, BCA memang akan mengerem laju kredit. "Target kredit kami sudah konservatif, jadi belum perlu direvisi," tuturnya.

Kata Jahja, tahun ini peluang menggenjot pertumbuhan kredit terlihat di sektor korporasi dengan naiknya permintaan. Kondisi sebaliknya terjadi di sektor usaha kecil menengah (UKM).

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur OCBC NISP menilai, perlambatan kredit dampak dari kondisi makro ekonomi serta efek pemilu. Tapi, NISP belum akan merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini yang ditetapkan, 15%–20%.  

Kata Parwati, NISP akan menjaga loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 90%–95% dan loan to funding ratio (LFR) di level 85%.

Untuk menjaga margin, Achmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bilang, pihaknya berencana menaikkan bunga kredit. Apalagi, suku bunga simpanan mulai naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×