Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Dana Pensiun (Dapen) memproyeksi bahwa return atau imbal hasil investasi masih akan tumbuh positif di tahun 2025, meskipun pasar modal atau Indeks Harga Saham (IHSG) masih tertekan.
Dana Pensiun BCA (DPBCA) misalnya. Manajemen memprediksi bahwa return investasi masih akan tumbuh di tahun ini. Per Februari 2025, tingkat return investasi yang tercatat sebesar 0,48%. Angka ini relatif stabil meskipun pasar modal masih merosot dan bergejolak.
“Dibandingkan Februari 2024, return investasi menunjukkan tren yang lebih rendah akibat koreksi pasar saham dan tekanan di pasar obligasi,” jelas Direktur Utama Dana Pensiun BCA, Budi Sutrisno kepada Kontan, Selasa (18/3).
Namun, kinerja ini tetap terkendali karena alokasi investasi yang berimbang pada instrumen dengan risiko lebih rendah seperti Surat Berharga Negara (SBN) dan deposito yang memberikan stabilitas
Lebih lanjut, Budi memproyeksi bahwa return investasi Dapen BCA berpotensi tumbuh secara bertahap di tahun 2025, meskipun menghadapi tantangan pasar yang fluktuatif.
Baca Juga: Dapen Pertalife: SBN Dominasi Portofolio Investasi Per Januari 2025, dengan Porsi 44%
Ia menyebutkan pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor utama yaitu, penyesuaian portofolio, di mana Dapen BCA melakukan rebalancing portofolio dengan menambah eksposur pada instrumen yang lebih defensif namun tetap memiliki potensi imbal hasil stabil.
Kemudian, juga didorong oleh penurunan suku bunga. Budi mengatakan bahwa tren penurunan suku bunga di 2025 menciptakan peluang kenaikan harga obligasi, yang mendukung perbaikan kinerja portofolio berbasis pendapatan tetap.
“Selanjutnya karena adanya diversifikasi investasi. Kami alokasikan yang seimbang pada saham berfundamental kuat, obligasi korporasi berperingkat tinggi, dan instrumen pasar uang membantu menjaga stabilitas kinerja,” jelasnya.
Sementara itu, per Februari 2025, Budi menyebutkan instrumen yang memberikan yield tertinggi berasal dari obligasi pemerintah.
Untuk itu, Budi menilai prospek investasi dapen di tahun 2025 masih cukup positif meskipun terdapat risiko pasar yang berlanjut. Dengan tren suku bunga yang diperkirakan turun, pasar obligasi berpotensi mencatat kinerja yang baik.
Di sisi lain, Budi bilang, pasar saham diperkirakan mulai berangsur pulih seiring meredanya ketidakpastian geopolitik dan pemulihan ekonomi domestik. Ia mengatakan bahwa sejumlah dapen memproyeksikan akan tetap fokus pada instrumen berisiko rendah dengan potensi return stabil untuk menjaga keseimbangan portofolio.
Adapun untuk meningkatkan return di tahun 2025, dapen BCA menerapkan beberapa strategi utama diantaranya dengan mengoptimalisasi likuiditas, memanfaatkan momentum pasar dengan menambah eksposur pada instrumen yang undervalued.
Strategi lainnya dilakukan dengan melakukan diversifikasi dan rebalancing. Dalam hal ini, Dapen BCA mengoptimalkan alokasi pada instrumen alternatif yang diizinkan regulasi, seperti Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor panjang untuk memaksimalkan potensi kenaikan harga obligasi.
“Kami juga melakukan pendekatan agile, dengan mengadopsi pendekatan investasi yang fleksibel untuk menyesuaikan portofolio dengan dinamika pasar yang berkembang,” imbuhnya.
Baca Juga: Dapen BCA: Pembayaran Manfaat Pensiun Naik 19% YoY hingga Desember 2024
Tahun 2025, Budi bilang dapen BCA mengincar imbal hasil yang moderat di kisaran 6% - 8%, menyesuaikan kondisi pasar dan kebijakan moneter yang berlaku.
“Fokus utama kami tetap pada pencapaian hasil investasi yang stabil dan berkelanjutan untuk memenuhi kewajiban pembayaran manfaat pensiun bagi peserta,” jelasnya.
Segendang sepenarian, dapen Bank Mandiri juga memproyeksi hal yang sama. Perusahaan Dana Pensiun (Dapen) Bank Mandiri memproyeksi bahwa return atau imbal hasil investasi akan tetap tumbuh positif di tahun ini. Direktur Utama Dana Pensiun Bank Mandiri Abdul Hadie menyebutkan, tingkat return yang diharapkan pada tahun 2025 berada di 7,19%.
“Namun, return akan menyesuaikan dengan komposisi portofolio yang difokuskan pada aset-aset pendapatan tetap dan instrumen berbasis risiko rendah hingga menengah,” kata Hadie kepada Kontan, Selasa (17/3).
Sedangkan untuk return investasi dapen Bank Mandiri per Februari 2025 tercatat sebesar 0,40%. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar 0,38%.
Lebih jauh lagi, Hadie mengatakan bahwa target pencapaian kinerja dapen Bank Mandiri di tahun 2025 sudah memperhitungkan kondisi perekonomian, baik domestik maupun global.
“Di tengah kondisi perekonomian dan geopolitik global yang tidak pasti, maka target kinerja kami di tahun 2025 sudah mencerminkan tingkat pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable growth) serta hasil pengembangan yang optimal bagi seluruh peserta,” jelasnya.
Baca Juga: Investor Institusi dan Dapen Tinggalkan Pasar Saham, IHSG Tak Bertenaga
Hadie juga menuturkan bahwa alokasi investasi dapen Bank Mandiri di tahun 2025, masih diutamakan berfokus pada mayoritas di instrumen Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi, serta instrumen investasi lainnya yang memiliki risiko kredit terukur dan likuid.
“Karena memang dalam menghadapi tahun 2025, Dana Pensiun Bank Mandiri tetap akan memprioritaskan SUN dan obligasi korporasi sebagai tulang punggung portofolio investasi," ujarnya.
Sementara itu, Hadie mengatakan bahwa Dapen Bank Mandiri menargetkan hasil usaha investasi sebesar kurang lebih Rp 743 miliar pada tahun 2025. Angka tersebut naik sekitar 3,55% dibandingkan dengan tahun 2024.
Selanjutnya: Additiv Gandeng Trimegah AM Mentransformasikan Layanan Wealth Management
Menarik Dibaca: Official Trailer dan Poster Penjagal Iblis: Dosa Turunan Dirilis, Tayang 30 April
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News