Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank OCBC NISP Tbk masih mempertahankan suku bunga simpanan valuta asing (valas). Padahal, bank sentral Amerika Serikat dan Bank Indonesia telah mengerek bunga acuan.
Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP Chinni Yanti Tjhin menyatakan sejauh ini bunga simpanan balas masih dijaga. Lantaran, OCBC NISP tetap berhati hati untuk melihat tren pasar seiring terus melakukan evaluasi.
"Saat ini, kita lihat memang kompetisi menghimpun simpanan valas lumayan. Di luar sana ada beberapa bank yang sudah mulai menaikkan suku bunga mereka mungkin dengan deposito," papar Chinni pada Selasa (11/10).
Dalam mempertahankan dana pihak ketiga (DPK) Valas, Chinni menyatakan OCBC NISP tidak serta merta hanya dengan suku bunga. Juga dengan meningkatkan layanan bagi nasabah, sebab tujuan nasabah menempatkan dana untuk mendapatkan kemudahan transaksi. Salah satunya melalui layanan Nyala di aplikasi One Mobile.
Baca Juga: Bisnis Internasional BNI Kuasai 30% Aliran Perdagangan Ekspor-Impor Indonesia
"Jadi kita lihat tujuan orang buka tabungan itu apa? Untuk kemudahan transaksi, buat investasi, jadi kita mencoba meningkatkan produk produk atau solusi terkait dengan investasi," paparnya.
Lanjut Chinni, orang buka tabungan buat bayar pinjaman mereka. Oleh sebab itu. OCBC NISP terus menerus meningkatkan solusi pembiayaan seperti kredit pemilikan rumah (KPR).
"Jadi saya rasa tabungan itu atau DPK itu tidak serta merta mengenai suku bunga, kalau dari OCBC NISP kita komit untuk terus meningkatkan solusi kita supaya nasabah bisa pakai tabungan, bisa pakai solusi kita untuk semua kebutuhan nasabah," jelasnya.
Dengan memberikan solusi tersebut, Bank OCBC NISP ingin terus menumbuhkan DPK valas. Ia menyatakan, dolar AS yang paling diminati oleh nasabah untuk simpanan valas.
Asal tahu saja berdasarkan portal resminya, suku bunga deposito berjangka dolar AS milik OCBC NISP berada di level 0,10% untuk segala tenor. Sedangkan suku bunga deposito berjangka rupiah ada di posisi 2,25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News