CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.694   46,00   0,29%
  • IDX 7.287   42,97   0,59%
  • KOMPAS100 1.121   3,70   0,33%
  • LQ45 885   -2,19   -0,25%
  • ISSI 222   1,89   0,86%
  • IDX30 456   -1,32   -0,29%
  • IDXHIDIV20 551   -2,67   -0,48%
  • IDX80 128   0,01   0,01%
  • IDXV30 138   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 153   -0,62   -0,41%

Meski turun, NIM perbankan di Indonesia masih tertinggi di ASEAN


Selasa, 29 Oktober 2019 / 22:58 WIB
Meski turun, NIM perbankan di Indonesia masih tertinggi di ASEAN
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di salah satu bank di Jakarta, Jumat 14/6). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit bank hingga bulan kelima tahun ini mencapai 11,5% secara year on year, lebih kuat dibandingkan dengan per Apr


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan bunga di industri perbankan mulai memangkas margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Agustus 2019 posisi NIM ada di level 4,9% menurun dari periode setahun sebelumnya 5,14% secara industri.

Sejumlah bank besar juga mencatatkan penurunan NIM. Ambil contoh, PT Bank Mandiri Tbk per September 2019 membukukan NIM 5,58% atau turun 8 basis poin (bps) secara yoy.

Baca Juga: Duh, Kredit Bermasalah Masih Menghantui Kinerja Perbankan premium

Penurunan ini tak lain disebabkan tingginya pertumbuhan beban bunga perseroan di kuartal III 2019 sebesar 24,88% yoy dari Rp 19,08 triliun menjadi Rp 23,83 triliun. Sedangkan pendapatan bunga tumbuh lebih rendah sebesar 14,04%.

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menerangkan, penurunan NIM juga disebabkan oleh adanya perubahan segmen kredit perseroan dari korporasi ke segmen kecil seperti UKM. "Penurunan NIM masih lebih baik dibandingkan dengan bank pesaing (peers) kami," ujarnya di Jakarta, Senin (28/10).

Berbeda dengan Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru mencatatkan peningkatan NIM secara yoy dari 6,07% menjadi 6,23% pada kuartal III 2019. BCA bisa dibilang cukup irit dalam mengelola biaya dana alias cost of fund (CoF).

Baca Juga: Pendapatan bunga bersih perbankan mulai seret

Terbukti dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,4% yoy menjadi Rp 683,05 triliun. Dari total dana pihak ketiga (DPK) tersebut, 75% di antaranya merupakan dana murah yang naik 7,6% secara yoy menjadi Rp 513,88 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa pihaknya memang telah melakukan strategi penyesuaian suku bunga lebih cepat dibandingkan industri.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×