Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anomali kembali dialami oleh Industri asuransi umum. Tak hanya mampu mencatatkan pertumbuhan premi 14,1% saat perlambatan ekonomi, asuransi kerugian juga mampu mencatatkan pertumbuhan laba dobel digit saat hasil underwriting juga melambat.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe menyatakan aspek dasar pembentuk laba pada asuransi umum ialah kinerja hasil underwriting. Hal ini berbeda dengan industri asuransi jiwa yang dibentuk oleh hasil investasi.
Pada 2019 lalu, industri asuransi umum mencatatkan pertumbuhan hasil underwriting sebesar 13,76% yoy menjadi Rp 15,27 triliun. Pertumbuhan itu melambat dibandingkan 2018 yang sebesar 14,11% menjadi Rp 13,42 triliun.
Sedangkan laba setelah pajak industri asuransi umum tercatat senilai Rp 5,87 triliun atau tumbuh 15,02% yoy. Adapun pertumbuhan laba setelah pajak pada 2018 sebesar 9,86% menjadi Rp 5,11 triliun.
Baca Juga: Asuransi syariah ingin garap asuransi BMN, OJK jemput bola ke Kemenkeu
“Jadi kinerja underwriting (2019) lebih buruk dari tahun sebelumnya. Anomalinya ada di laba. Laba naik karena ada komponen tengahnya yaitu peningkatan hasil investasi dan perbaikan bebannya,” ujar Dody.
Memang hasil investasi asuransi umum pada 2019 tumbuh 2,33% yoy menjadi Rp 4,35 triliun. Pertumbuhan itu jauh lebih baik dibandingkan hasil investasi di 2018 yang minus 3,37% menjadi Rp 4,25 triliun.
Sedangkan pertumbuhan jumlah beban usaha di 2019 hanya tumbuh 6,11% menjadi Rp 12,69 triliun. Pada 2018 pertumbuhan jumlah beban usaha mencapai 11,78% menjadi Rp 11,96 triliun.
“Sayangnya AAUI tidak membuat estimasi laba untuk tahun 2020,” tambah Dody.
Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa T.I & Aktuarial AAUI Trinita Situmeang memproyeksi pertumbuhan premi asuransi umum bisa tumbuh 17% yoy sepanjang tahun ini. Kendati demikian, ia mengakui tahun ini akan berat lantaran penyebaran virus corona yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Asal tahu saja, pendapatan premi asuransi umum tumbuh senilai Rp 79,71 triliun. Trinita menyatakan nilai itu tumbuh 14,1% secara tahunan atau year on year (yoy) dari Rp 69,85 triliun.
“Pertumbuhan ini dipicu oleh asuransi kredit, lantaran secara nominal premi, lini bisnis ini memberikan kontribusi terbesar ketiga. Selain itu, premi kredit juga termasuk tumbuh tinggi sehingga bisa masuk ketiga besar, padahal pada tahun-tahun sebelumnya masuk di atas lima besar,” ujar Trinita.
Ia menambahkan, lini bisnis asuransi umum secara umum mencatatkan pertumbuhan di akhir tahun 2019 kecuali asuransi pengangkutan, asuransi tanggung gugat, asuransi energi off shore dan asuransi kecelakaan & kesehatan, yang membukukan pertumbuhan negatif.
Baca Juga: OJK mau reformasi industri asuransi, Jasindo siapkan strategi
Ia menjelaskan kontribusi terbesar pendapatan premi industri asuransi umum di 2019 dari lini bisnis properti sebanyak 26,2% dari total premi. Lalu kendaraan bermotor 23,5%, dan asuransi kredit sebanyak 18,4%.
Adapun pendapatan asuransi properti tumbuh 9,7% yoy dari Rp 19.03 triliun di 2018 menjadi Rp 20,88 triliun pada 2019. Pendapatan premi kendaraan bermotor tumbuh 0,3% yoy dari Rp 18,67 triliun menjadi Rp 18,73 triliun.
Sedangkan asuransi kredit tumbuh 86,2% yoy dari Rp 7,86 triliun menjadi Rp 14,64 triliun di 2019. Selain lini bisnis kredit yang mencatatkan pertumbuhan pesat, lini bisnis lainnya juga tercatat tumbuh melesat.
Premi asuransi energi onshore tumbuh 210% yoy Rp 49 miliar menjadi Rp 152 miliar di tahun lalu. Selain itu, lini bisnis yang masuk kategori aneka asuransi tumbuh 37,3% yoy dari Rp 3,33 triliun menjadi Rp 4,58 triliun di sepanjang 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News