Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung, industri multifinance perlahan mulai bangkit dalam hal pembiayaan baru yang diterima. Namun, tampaknya beberapa perusahaan masih menjaga ketat biaya operasional yang dikeluarkan agar tetap melakukan efisiensi keuangan.
Berdasarkan data OJK per kuartal I-2021, total beban operasional industri pembiayaan masih mengalami turun 20,5% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 18,76 triliun. Padahal, di periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp 23,61 triliun.
Beberapa beban biaya operasional yang mengalami penurunan, antara lain biaya pemasaran yang turun hingga 33,8% yoy menjadi Rp 848 miliar. Ada pula biaya administrasi dan umum yang terkoreksi hingga 16,7% yoy menjadi Rp 1,6 triliun dan biaya tenaga kerja yang turun 13,4% yoy menjadi Rp 4,5 triliun.
Memasuki kuartal kedua, salah satu perusahaan multifinance yang masih melakukan efisiensi ialah PT Mandiri Utama Finance (MUF). Perlu diketahui, MUF sendiri sudah mulai mengalami peningkatan dalam hal pembiayaan baru yang diterima. Hingga April 2021, perusahaan telah mendapat pembiayaan baru sebesar Rp 3,07 triliun atau naik 40,3% yoy
Kendati pembiayaan baru meningkat, MUF masih menjaga biaya operasional yang dikeluarkan. Saat ini, perusahaan mengatakan bahwa memiliki program Cost Reduction Program (CRP) yang berfungsi untuk melakukan efisiensi biaya operasional terutama di masa pandemi.
“Tren pembiayaan memang menunjukkan adanya kenaikan. Tapi bayang-bayang pandemi juga belum selesai sehingga tetap harus berjaga-jaga“ ujar Direktur Utama Mandiri Utama Finance Stanley Setia Atmadja kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Stanley menambahkan, jika harus meningkatkan biaya operasional, pihaknya mengaku akan fokus mengeluarkan biaya untuk automation. Hal itu karena dia menilai bahwa robotic bisa memberikan efisiensi untuk biaya operasional.
Baca Juga: Multifinance terus jaga NPF di kuartal II-2021
“Selain itu, dengan meningkatnya volume otomotif pastinya biaya promosi juga akan mengikuti dengan peningkatan yg terkontrol,” tambah Stanley.
Sedikit berbeda, PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) justru mengaku bahwa telah mengalami pertumbuhan untuk biaya core opex meskipun baru 2% yoy. Namun pertumbuhan tersebut diiringi dengan pertumbuhan realisasi pembiayaan dan aset yang mencapai 15% yoy.
“Dapat disimpulkan, CNAF telah berhasil melakukan efisiensi, dimana pertumbuhan biaya diiringi dengan pertumbuhan realisasi pembiayaan yang lebih besar,” ujar Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman.
Dia menambahkan, peningkatan biaya operasional diprediksi akan ada seiring dengan pertumbuhan realisasi pembiayaan tersebut. Ristiawan bilang, hal tersebut untuk mencapai target CNAF terkait total aset kelolaan bisa tumbuh di atas 20% sepanjang 2021.
“CNAF tetap berkomitmen untuk menjaga efisiensi perusahaan, sehingga biaya yang naik adalah yang langsung menunjang kepada realisasi pembiayaan. Kenaikan biaya yang timbul adalah biaya proses aplikasi, biaya marketing, ataupun biaya maintenance nasabah.” pungkas Ristiawan.
Selanjutnya: Pemerintah menyatakan aktivitas ekonomi Indonesia konsisten meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News