kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Milenial dan Gen Z Harus Melek Keuangan dan Cerdas Mencari Cuan


Rabu, 06 September 2023 / 21:53 WIB
 Milenial dan Gen Z Harus Melek Keuangan dan Cerdas Mencari Cuan
ILUSTRASI. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, Aman Santosa dalam?roadshow literasi keuangan bertajuk ?Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman?.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalangan millenial dan generasi Z dikenal cenderung sulit mengatur keuangan. Padahal kemampuan mengelola keuangan menjadi kunci utama untuk bisa mempersiapkan masa depan yang aman. 

Ada banyak faktor yang membuat kelompok ini sulit mengatur keuangang, diantaranya cenderung punya gaya hidup dinamis, minim pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, marak fenomena you only live once (YOLO) dan fear of missing out (FOMO).

Sehinggu mendorong edukasi tentang pengelolaan keuangan kepada kelompok millenial dan Gen Z yang akan menjadi penerus bangsa ini ke depan menjadi sangat penting.

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dan Infobank menggelar roadshow literasi keuangan bertajuk “Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman”.

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, Aman Santosa mengatakan, keberhasilan mengelola keuangan sangat ditentukan oleh kedisiplinan dalam menjaga konsistensi gaya hidup hemat dan juga cerdas. Hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga tidak memperhatikan kualitas, tetapi mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan seimbang dengan penghasilan.

Dia menilai literasi keuangan sangat penting agar para milenial dan gen z saat ini dapat mengedepankan kebutuhan dibanding keinginan. “Jadi prinsipnya kalau kita sudah suka membeli yang tidak diperlukan, kalau membeli sesuatu yang tidak produktif, siap-siap lah tidak membeli barang barang yang dibutuhkan sebelumnya,” kata Aman, Rabu (6/9).

Aman menambahkan, milenial dan gen z harus paham bagaimana memilih produk dan layanan jasa keuangan untuk mengelola manajemen keuangannya. Menurutnya, kita harus mengenali prodik, memahami fitur, manfaat dan risikonya dalam memilih sebuah produk dan layanan. Hak dan kewajiban sebagai konsumen serta mekanisme perlindungan konsumen juga harus dimengerti.

Baca Juga: Bos LPS: Sistem Keuangan Indonesia Stabil, Investor Jangan Khawatir Berinvestasi

Selain itu,  kata dia, millenial dan gen Z harus bijak dan telitik dalam membeli sebuah barang. Sebelum melakukan transaksi, harus ditimbang dulu dengan matang apakah barang tersebut merupakan kebutuhan.

Dalam memilih produk dan layanan keuangan, Aman juga menekankan agar selalu memperhatikan legalitasnya yakni dengan mengecek apakah etrdaftar di OJK atau tidak. "Kalau tidak berizin hampir dipastikan itu bisa menyesatkan. Sedangkan produk yang terdaftar di OJK, sudah tentu diawasi dan mengikuti aturan main yang harus dipatuhi sehingga konsumen akan relatif lebih aman," jelas Aman. 

Sementara Dekan FEB UI, Teguh Dartanto mengatakan, generasi milenial dan gen z memang dinilai sebagai generasi paling adaptif terhadap perkembangan zaman. Salah satunya, tren penggunaan paylater untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti memesan makanan, fashion hingga agen perjalanan. “Bayangkan saja dengan one click, mereka (millenial dan gen Z) bisa melakukan apa saja seperti memesan makanan hingga produk fashion dengan pay latter,” kata dia.

Ia menyadari bahwa layanan paylater yang hadir dalam berbafai platform digital saat ini memberikan kemudahan. Apalagi proses pendaftarannya relatif cepat dan pengajuannya mudah. 

Namun, menurutnya, penggunaan paylater yang berlebihan bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Bagai pisau bermata dua. Alih-alih ingin memudahkan beragam kebutuhan hidup justru bisa membelit masalah finansial. “Kita tidak sengaja klik ini, klik itu tapi akhir bulan hutangnya harus dibayar." ujar dia.

Untuk itu, Teguh mewanti-wanti kaum muda untuk bijak dalam menggunakan layanan paylater. Jangan sampai menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari. Pasalnya, hal tersebut bisa memberikan credit score buruk bagi pengguna yang tercatat dalam BI Checking atau kini populer dengan istilah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).“Kalau nama kita sudah masuk kategori buruk, tentu saja akan merugikan di masa depan seperti tidak bisa mengajukan KPR rumah dan sebagainya,” tegasnya.

Baca Juga: Bank BTN Dorong Pertumbuhan Fee Based Income dari Kemitraan

Sementara itu, Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyarankan, produk investasi yang cocok untuk kaum milenial saat ini adalah obligasi, karena bersifat kepemilikan surat berharga yang tentunya relatif aman.

“Obligasi itu salah satu alternatif investasi yang relatif aman, karena sifatnya pendapatan tetap, kepemilikan surat berharga. Surat utang yang bisa dihold sampai jatuh tempo dapat nanti kupon ya atau bisa dijualbelikan sebelum jatuh tempo, nanti bisa dapat yang namanya capital gain,” imbuhnya.

Menurut Dian, obligasi berbeda dengan investasi saham yang sangat bergantung pada fluktuasi harga saham, dimana mengikuti keadaan perekonomian Indonesia maupun global. 
Investor bisa saja salah memilih saham sehingga saat dibeli harganya turun setelahnya dan menimbulkan kerugian.

Adapun, salah satu jenis obligasi yang sangat diminati saat ini adalah obligasi pemerintah, karena obligasi pemerintah biasa disebut dengan safe haven asset atau aset yang relatif aman karena dimiliki langsung oleh pemerintah dan tentunya aset tersebut dapat terjaga dengan baik.

“Kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor ritel meningkat tajam. Pemerintah juga merespon ini dengan menerbitkan obligasi yang bisa dibeli oleh individu obligasi ritel, penerbitannya jadi lebih sering,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×