Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Booming perusahaan perintis atau startup rupanya tidak dibarengi dengan kesiapan modal ventura untuk memberi penyertaan modal bagi startup. Hal ini terjadi karena struktur permodalan modal ventura belum kuat.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penyaluran pembiayaan dan penyertaan baru modal ventura hingga Februari 2016 tumbuh 6% menjadi Rp 7,02 triliun.
Dari total pembiayaan, penyertaan saham yang menjadi hakikat dari modal ventura hanya mencapai Rp 1,39 triliun, nyaris tak bergerak dibandingkan kondisi tahun 2015. Sementara mayoritas pembiayaan berupa bagi hasil sebesar Rp 5,16 triliun. Lalu, obligasi konversi Rp 467 miliar.
Andi Buchari, Direktur Utama Bahana Modal Ventura sekaligus Ketua Asosiasi Perusahaan Modal Ventura Indonesia (AMVI) mengakui, modal ventura saat ini lebih menyukai pembiayaan bagi hasil ketimbang penyertaan saham. Inilah yang membuatnya ragu perusahaan modal ventura mengisi kebutuhan pendanaan startup dalam bentuk penyertaan saham.
Sebab, kata Andi, saat ini modal ventura asetnya juga tidak besar. Kalau harus melakukan penyertaan modal pada startup, nafasnya tidak akan panjang.
"Sebab modal ventura mengandalkan pendanaan dari bank. Sementara pemegang sahamnya tidak memiliki modal yang kuat," ujar Andi, Senin (25/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News