Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperluas ruang gerak pelaku industri pembiayaan Tanah Air sejak November 2014. Beberapa perusahaan pembiayaan atawa multifinance pun mulai melirik ceruk yang dapat turut menggenjot pendapatan ini.
Salah satunya adalah PT Adira Dinamika Multi Finance alias Adira Finance. I Dewa Made Susila, Direktur Keuangan Adira Finance mengatakan, Adira berencana menggarap pembiayaan modal kerja. Pembiayaan modal kerja merupakan skema pembiayaan jangka pendek, dengan tenor kurang dari dua tahun.
Skema pembiayaan ini nantinya hanya akan diperuntukkan bagi nasabah Adira Finance. "Karena kami sudah kenal konsumen dan sebaliknya. Beri lebih banyak produk ke nasabah saja," kata Made, Selasa (27/1).
Made menekankan, perluasan lini usaha kemungkinan besar baru memperoleh titik terang pada semester II 2015. Alasannya, Adira masih harus mengubah anggaran dasar perusahaan, terutama tentang kegiatan usaha.
Anak usaha Bank Danamon ini belum berani mengungkapkan target bisnis baru ini. Adira Finance berharap pembiayaan dapat meningkat hingga 5% tahun ini, dari proyeksi tahun lalu Rp 34 triliun menjadi Rp 35,7 triliun.
Incar UMKM
Jika Adira Finance melirik pembiayaan modal kerja, PT Bentara Sinergies Multifinance alias Bess Finance lebih memilih pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurut Anta Winarta, Direktur Utama perusahaan, ada beberapa alasan yang mendasari perusahaan memilih ceruk bisnis ini.
Pertama, pangsa pasar yang masih besar, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kedua, risiko yang masih dapat terkendali, meski Bess Finance tetap harus menganalisa secara matang profil risiko konsumen. "Support dari perbankan juga bagus. Kuartal I, bulan Februari atau Maret 2015 mungkin sudah bisa jalan," kata Anta.
Saat ini, Bess Finance sedang mempersiapkan diri untuk menggarap bisnis tersebut. Baik dari segi SDM, prosedur, organisasi, hingga penyusunan produk.
Memasuki tahun 2015, Anta menuturkan, pihaknya berharap dapat menyalurkan pembiayaan hingga Rp 1,6 triliun atau tumbuh sekitar 17,73% dari proyeksi pembiayaan tahun sebelumnya, yakni sekitar Rp 1,36 triliun.
Berbeda dengan dua multifinance tersebut, PT BFI Finance Indonesia berusaha menambah pundi-pundi pendapatan berbasis komisi atau fee based income lewat penjualan produk asuransi sejak awal tahun ini. Tapi, Direktur BFI Finance Sudjono enggan menuturkan perusahaan asuransi mana yang menjalin kerjasama dengan BFI.
Sudjono menjelaskan, penjualan produk asuransi jiwa ini hanya sebagai opsi tambahan bagi para konsumen. "Asuransi yang terkait kredit kalau meninggal kontrak langsung lunas. Bagi yang mau saja," imbuh dia.
Karena baru berjalan sebulan, BFI Finance belum memasang target sumbangsih fee based income terhadap total pendapatan 2015. BFI berharap pembiayaan tumbuh 10%-15% dari tahun lalu menjadi minimal Rp 10,12 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News