Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
Pada Agustus 2019, AIA dan BCA mengajak bertemu dan menekankan bahwa keberatannya ditolak. Ajaibnya, dana investasi pada Juni 2019 masih sebesar Rp 640 juta, pada Agustus 2019 menyusut menjadi Rp 620 juta.
“Pihak AIA bilang untuk menghentikan investasi unitlink ini nasabah harus mengisi formulir pembatalan atau penghentian polis yang tidak diinfokan sebelumnya,” tambahnya.
Pihak AIA dan BCA mengajak bertemu 12 September 2019, hanya untuk menjelaskan potongan biaya terkait produk ini, yang tidak pernah disampaikan sebelumnya. Penjelasan AIA, mengklaim bahwa ia sudah untung karena dari total setoran Rp 700 juta selama 7 tahun setelah terpotong biaya-biaya yang diinvestasikan hanya Rp 550 juta. Artinya kalau nilanya menjadi Rp 617 juta justru untung.
Baca Juga: Sompo Insurance gandeng Axinan luncurkan asuransi untuk ponsel
Masalahnya, dalam perhitungan awal membeli produk ini, yang ditunjukkan hanya simulasi estimasi nilai akun pada akhir tahun polis (tahun ke-8) dengan asumsi tingkat investasi 5% dan 15% yaitu terendah Rp 797,19 juta dan tertinggi Rp 1,20 miliar tanpa informasi apapun mengenai biaya-biaya. Padahal dikatakan kenaikan nilai investasinya sebesar 12% dan ternyata dananya justru menyusut Rp 83 juta.
Kemudian, karena diminta tolong salah satu Kepala Cabang BCA untuk mencapai target sales unitlink AIA di cabangnya, pada 2014 ia juga membeli satu lagi produk ini dengan premi Rp 50 juta per tahun. Jadilah dia punya produk unitlink AIA Profisa Platinum Max dan keduanya telah ditutup Oktober 2019.
“Total kerugian yang saya alami Rp 126,2 juta (premi Rp 100 juta x 7 tahun hanya dibayar Rp 614,5 juta dan premi Rp 50 juta x 5 tahun hanya dibayar Rp 209,2 juta). Terus terang, saya sih kapok!,” keluhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News