kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

NPL kredit konsumsi mesti diawasi


Rabu, 25 September 2013 / 09:43 WIB
NPL kredit konsumsi mesti diawasi
ILUSTRASI. Kenali Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi Biang Keringat pada Anak


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: A.Herry Prasetyo

JAKARTA. Perbankan tampaknya perlu mulai waspada dalam menyalurkan kredit konsumsi. Sebab, nilai kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit konsumsi mulai meningkat. Kalau tak hati-hati, kredit bermasalah di sektor konsumsi bisa makin melambung.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Bank Indonesia (BI), nilai kredit bermasalah kredit konsumsi per Juli 2013 sebesar Rp 13,80 triliun, naik 15,49% dibandingkan periode sama tahun 2012 sebesar Rp 11,95 triliun.

Bank yang mencatat kenaikan nilai NPL tertinggi pada kredit konsumsi adalah kelompok bank BUMN. Nilai NPL kredit konsumsi bank BUMN per Juli 2013 naik 35,63% ketimbang Juni 2013 menjadi Rp 6,39 triliun. Nilai NPL kredit konsumsi kelompok bank pembangunan daerah (BPD) naik 32,74% menjadi Rp 896 miliar ketimbang periode sama 2012. Sementara,  kelompok bank umum devisa mencatat kenaikan NPL kredit konsumsi 11,22% menjadi Rp 4,29 triliun.

Meski kenaikan nilai kredit bermasalah terbilang tinggi, rasio NPL kredit konsumsi perbankan pada Juli 2013 hanya sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. Per Juli 2013, rasio NPL kredit konsumsi tercatat 1,58%. Sementara, pada bulan Juni, rasio NPL kredit konsumsi 1,57%. Meski begitu, beberapa kelompok bank menorehkan tren kenaikan rasio NPL kredit konsumsi. 

Direktur Konsumer dan Retail Bank BNI, Darmadi Sutanto, menuturkan NPL kredit konsumsi di BNI memang naik, meski cuma sedikit. Hal itu lantaran kondisi ekonomi di beberapa daerah sedikit terganggu oleh situasi makro. Kenaikan kredit bermasalah terjadi di beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya didorong oleh sektor komoditas. "NPL cenderung naik karena harga-harga komoditas turun," kata Darmadi.

Meskipun meningkat, Direktur Utama Bank DKI Jakarta, Eko Budiwiyono, mengatakan, nilai NPL kredit konsumsi di BPD terbilang rendah. Karena, bank hanya perlu  memotong gaji pegawai negeri yang memiliki pinjaman. Eko yakin, NPL kredit konsumsi hingga akhir tahun akan menurun.

Segendang sepenarian,  Direktur Keuangan Bank UOB Indonesia, Syafrullah Hadi Saleh, mengatakan rasio NPL  kredit konsumer ke depan akan terkendali. Kredit bermasalah akan menurun seiring penyesuaian pendapatan nasabah.                             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×