Reporter: Nina Dwiantika | Editor: A.Herry Prasetyo
JAKARTA. Perbankan tampaknya perlu mulai waspada dalam menyalurkan kredit konsumsi. Sebab, nilai kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kredit konsumsi mulai meningkat. Kalau tak hati-hati, kredit bermasalah di sektor konsumsi bisa makin melambung.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Bank Indonesia (BI), nilai kredit bermasalah kredit konsumsi per Juli 2013 sebesar Rp 13,80 triliun, naik 15,49% dibandingkan periode sama tahun 2012 sebesar Rp 11,95 triliun.
Bank yang mencatat kenaikan nilai NPL tertinggi pada kredit konsumsi adalah kelompok bank BUMN. Nilai NPL kredit konsumsi bank BUMN per Juli 2013 naik 35,63% ketimbang Juni 2013 menjadi Rp 6,39 triliun. Nilai NPL kredit konsumsi kelompok bank pembangunan daerah (BPD) naik 32,74% menjadi Rp 896 miliar ketimbang periode sama 2012. Sementara, kelompok bank umum devisa mencatat kenaikan NPL kredit konsumsi 11,22% menjadi Rp 4,29 triliun.
Meski kenaikan nilai kredit bermasalah terbilang tinggi, rasio NPL kredit konsumsi perbankan pada Juli 2013 hanya sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. Per Juli 2013, rasio NPL kredit konsumsi tercatat 1,58%. Sementara, pada bulan Juni, rasio NPL kredit konsumsi 1,57%. Meski begitu, beberapa kelompok bank menorehkan tren kenaikan rasio NPL kredit konsumsi.
Direktur Konsumer dan Retail Bank BNI, Darmadi Sutanto, menuturkan NPL kredit konsumsi di BNI memang naik, meski cuma sedikit. Hal itu lantaran kondisi ekonomi di beberapa daerah sedikit terganggu oleh situasi makro. Kenaikan kredit bermasalah terjadi di beberapa daerah yang pertumbuhan ekonominya didorong oleh sektor komoditas. "NPL cenderung naik karena harga-harga komoditas turun," kata Darmadi.
Meskipun meningkat, Direktur Utama Bank DKI Jakarta, Eko Budiwiyono, mengatakan, nilai NPL kredit konsumsi di BPD terbilang rendah. Karena, bank hanya perlu memotong gaji pegawai negeri yang memiliki pinjaman. Eko yakin, NPL kredit konsumsi hingga akhir tahun akan menurun.
Segendang sepenarian, Direktur Keuangan Bank UOB Indonesia, Syafrullah Hadi Saleh, mengatakan rasio NPL kredit konsumer ke depan akan terkendali. Kredit bermasalah akan menurun seiring penyesuaian pendapatan nasabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News