Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan masyarakat untuk membayar cicilan kembali menunjukkan penurunan. Tanda-tanda tersebut tercermin dalam rasio kredit macet untuk kredit rumah tangga atau bisa dibilang kredit konsumsi yang mengalami peningkatan.
Mengacu data Bank Indonesia (BI), rasio NPL kredit rumah tangga per Januari 2025 berada di level 2,17%. Sebagai perbandingan, NPL sektor tersebut di Januari 2024 berada di level 1,90% dan untuk periode Desember 2024 juga masih berada di level 2,02%.
Jika dirinci, NPL untuk sektor rumah tangga paling tinggi terjadi di KPR rumah tangga yang secara tahunan juga mengalami kenaikan. Adapun, NPL KPR di Januari 2024 berada di level 2,53% dan setahun kemudian menjadi 2,84%.
Meski demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae masih melihat bahwa rasio NPL perbankan yang untuk segmen tersebut masih dalam batas wajar. Di mana, bank juga selalu hati-hati dengan melakukan analisis kelayakan debitur sebelum memberikan kredit.
“Bank mempertimbangkan kemampuan membayar calon debitur serta stabilitas keuangan,” ujar Dian.
Bahkan, Dian menilai tahun 2025 bisa dibilang memberikan optimisme terhadap kemampuan bayar masyarakat. Menurutnya, program-program pemerintah yang ada telah dirancang untuk menguatkan daya beli masyarakat.
“Misalnya insentif pajak penghasilan bagi pekerja industri padat karya dan diskon pembelian listrik,” tambah Dian.
Baca Juga: Begini Upaya Bank Bereskan Aset NPL
Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan bilang segmen rumah tangga merupakan segmen yang paling rentan dengan kondisi ekonomi saat ini. Bisa jadi kredit di segmen tersebut memang tidak tumbuh sehingga NPL terlihat naik.
Ia mengakui kalau NPL KPR di CIMB Niaga mengalami kenaikan. Namun Lani enggan menyebutkan angka persisnya. Ia hanya bilang itu terjadi karena KPR perusahaannya tak ada pertumbuhan.
“Kami tidak bisa bersaing harga untuk KPR,” ujar Lani.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn bilang kinerja industri perbankan sejatinya sejalan dengan dinamika perekonomian. Terlebih untuk segmen kredit konsumer. Menurutnya pertumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pendapatan rumah tangga yang berkorelasi erat dengan kondisi ekonomi.
Meski demikian, Hera bilang saat ini NPL BCA, baik itu dari sisi KPR, KKB, maupun kredit konsumer berada pada level yang terjaga. Secara keseluruhan, haingga akhir 2024, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA berada di level 1,8%.
Namun, perlu menjadi catatan, BCA telah menaikkan beban pencadangan cukup tinggi hingga 205% YoY menjadi Rp 568 miliar. Artinya, ada antisipasi pemburukan kualitas kredit.
“Upaya BCA dalam menjaga kualitas kredit antara lain dengan pemanfaatan data analytics, serta pengenalan nasabah yang lebih dekat dari cabang,” ujarnya.
Baca Juga: NPL Paylater Perbankan Lebih Baik dari Pembiayaan, Begini Rahasia BCA dan Allo Bank
Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara bilang pihaknya juga aktif memberikan kredit ke sektor ritel termasuk konsumer dan rumah tangga. Di mana, penyaluran kredit tetap dilakukan secara prudent.
Ashidiq bilang strategi penyaluran kredit pada segmen retail dildasarkan pada pendekatan ekosistem wholesale maupun sektor unggulan di wilayah.
“Hingga Januari 2025, penyaluran kredit konsumer Bank Mandiri tumbuh 10% yoy dengan kualitas yang terjaga dengan optimal dari bulan ke bulan,” ujarnya.
Selanjutnya: DHL PHK 8.000 Pekerja di Jerman, Targetkan Penghematan US$1,08 Miliar pada 2027
Menarik Dibaca: Jaga Kebugaran Saat Puasa, Ini Tips Diet Tanpa Nyeri Lambung dari Lighthouse
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News