Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Desas desus kabar rencana aksi Initial Public Offering (IPO) mewarnai industri perbankan tanah air. Dalam radar pasar, saat ini ada sejumlah bank yang diketahui telah memiliki rencana untuk melantai di bursa saham.
Di antara bank-bank tersebut yang dikabarkan berencana IPO adalah PT Super Bank Indonesia (Superbank), yang merupakan anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dikabarkan bakal melantai di bursa saham pada tahun ini dengan mengincar dana IPO sebesar US$ 300 juta atau setara Rp 4,8 triliun.
Kabar lainnya berasal dari PT Bank BCA Digital anak usaha dari BCA Group, namun Kontan masih menunggu konfirmasi kebenaran soal kabar tersebut.
Baca Juga: Genjot Laba, Elang Mahkota (EMTK) Rajin Memoles Usaha
Bank lainnya yang telah mengutarakan rencana IPO adalah PT Bank Mega Syariah, anak usaha dari CT Corp milik konglomerat Chairul Tanjung, dan anak usaha bank daerah PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (bjb) yakni PT Bank Jabar Banten Syariah (bjb syariah), hingga PT Bank Nano Syariah (Nanobank syariah).
Menanggapi kabar anyar IPO Superbank, Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan buka suara perihal kebenaran informasi tersebut kepada Kontan. Ia tidak membenarkan ataupun menampik kabar tersebut, namun hanya menjelaskan fokus bisnis Superbank untuk membangun ekosistem bisnisnya.
Maklum, menurut Tigor sebagai bank yang baru diluncurkan dua tahun lalu sejak Februari 2023, Superbank baru mulai membangun kolaborasi dengan mitra eksositemnya dengan Grab dan OVO.
"Kami sudah mendapatkan 2 juta nasabah dalam beberapa bulan sejak launching. Jadi kami konsentrasinya sekarang bagaimana kita memfokuskan dan terus mengembangkan produk-produk kami, terus mengembangkan integrasi kami," ungkap Tigor kepada Kontan saat ditemui dalam acara Perbanas di Jakarta, Rabu (22/1).
Lebih lanjut Tigor menjelaskan, di tahun 2025, pihaknya akan fokus pada pendalaman nasabah untuk mengembangkan produk-produk layanan bank, hingga pendalaman integrasi yang masih terus berjalan.
"Fokus kita, prioritas kita adalah pendalaman itu," tegas Tigor.
Baca Juga: Perbankan Digital Targetkan Kredit Tumbuh Dua Digit
Sementara itu terkait kabar IPO dari PT Bank BCA Digital, anak usaha dari BCA Group ini yang diisukan pada tahun ini, Kontan masih menunggu konfirmasi kebenaran hal tersebut dari manajemen BCA Digital.
Selain bank digital, bank syariah yang masuk radar IPO yakn PT Bank Mega Syariah, turut buka suara soal rencananya tersebut. Corporate Secretary Bank Mega Syariah Hanie Dewita menyampaikan, pihak manajemen belum sampai pada tahap diskusi formal dengan OJK terkait niat tersebut.
"Bank Mega Syariah masih terus mengkaji berbagai langkah strategis untuk mendukung rencana IPO, termasuk melakukan penyesuaian operasional dan penguatan kinerja keuangan," ungkapnya kepada Kontan, Rabu (22/1).
Adapun saat ini, Bank Mega Syariah memiliki fokus utama untuk memantapkan pertumbuhan bisnis, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan daya saing melalui inovasi produk dan digitalisasi.
Sebelumnya rencana IPO ini diungkapkan sendiri oleh Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo pada tahun 2024 lalu kepada Kontan. Ia menyebut ada rencana untuk mengarah pada aksi IPO di kisaran tahun 2025-2026.
Sementara itu bjb Syariah membenarkan adanya recana IPO, namun Corporate Secretary bjb syariah, Yusuf Abadi menyatakan rencana tersebut tidak akan dilaksanakan pada tahun 2025.
"Rencana IPO bjb syariah baru 2028," ungkapnya kepada Kontan.
Baca Juga: Superbank Dikabarkan Gelar IPO, Begini Kata Analis
Nampaknya rencana IPO di 2025 pun pupus. Maklum tahap IPO memang membutuhkan banyak persiapan oleh bank itu sendiri.
Hal ini yang sebelumnya juga disampaikan oleh Direktur Utama bjb Yuddy Renaldi pada tahun-tahun sebelumnya, mengenaik beberapa indicator yang harus dipenuhi bjb sebelum melantai di bursa saham.
Direktur Utama Nanobank Syariah, Halim turut merespons soal rencana IPO bank tersebut kepada Kontan. "Sepertinya belum untuk tahun ini," ungkapnya.
Halim pada tahun 2024 lalu memang membeberkan rencana IPO akan dilaksanakan setelah tahun 2025. Meskipun tidak merinci apakah rencana tersebut direalisasikan di 2026 atau ditahun-tahun selanjutnya.
Di sisi lain Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyatakan, sejauh ini belum ada bank yang berdiskusi dengan OJK
"Sebetulnya bisa dikatakan belum. BPR juga belum. Mungkin mereka masih juga sedang melakukan persiapan," ungkap Dian kepada Kontan saat ditemui di Jakarta.
lebih lanjut Dian menyampaikan OJK sebagai regulator tentunya mengharapkan banyak bank-bank tanah air yang bisa melakukan IPO. Namun hal tersebut tentunya perlu memastikan keamanan dari bisnis bank itu sendiri. Tetapi tentu juga kita ingin
"Artinya dalam pengertian bahwa yang IPO itu benar-benar yang kredibel. Sehingga bisa betul-betul bisa memberikan keuntungan kepada investor, kira-kira begitu," ungkapnya.
Menarik untuk Ditunggu
Sejumlah analis saham menilai, wacana terkait IPO dari sejumlah bank-bank tanah air menjadi hal yang menarik bagi pasar saham, terutama bank-bank digital yang sudah lama belum ada pemain baru lagi di bursa saham.
Di sisi lain Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyatakan, sebelum IPO, perlu juga melihat bagaimana fundamental bisnis bank digital tersebut, terutama terkait tingkat kemapanan secara ekosistem.
"Perlu dilihat juga bagaimana dengan Ui dan Ux nya? Seberapa besar engagement antara user dengan applikasi tersebut? Hal ini menjadi salah satu point yang sangat penting sebelum sebuah bank digital melantai nantinya untuk menentukan, seberapa besar daya tarik saham bank digital tersebut nantinya," terang Nico kepada Kontan.
Lain hal dengan Investment Analyst Infovesta, Ekky Topan menyampaikan, Untuk potensi perbankan yang mau IPO seperti superbank, BCA DIgital dan beberapa bank syariah menurutnya merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh manajemen. Dengan IPO, bank dapat memperluas basis modal dari perbankan untuk mendukung ekspansi bisnis mereka.
Ekky menyebut masing masing bank juga memiliki daya tarik sendiri seperti superbank yang merupakan bagian dari grab dan EMTK, memiliki ekosistem yang kuat, BCA digital yang merupkan bagian BCA group yang mempunyai reputasi yang baik dimana saat ini tren arah digital banking sedang tumbuh
"Menurut saya secara umum IPO kedua bank tersebut cukup menarik melihat group besar dibelakang masing masing emiten, namun kembali lagi untuk minat investor kembali lagi ke pasar dan tujuan ipo dari prospectus," ungkapnya.
Lebih lanjut Ekky menyebut, jika memang rencana IPO terlaksana di tahun 2025, ia memperkirakan nilai emisi dari Superbank sekitar Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun. Sementara untuk BCA digital Ia memperkirakan estimasi modal dasar sebesar Rp 4 triliun, dan jika dijual dengan pbv 5, dan jika melepas 15% maka diperkirakan bisa mencapai Rp 3 triliun.
Adapun Chief Executive Officer PT Edvisor Profina Visindo (Edvisor.id) menyampaikan, sector perbankan masih menjadi daya tarik saat momentum IPO meskipun di tengah tantangan sektor keuangan akibat perlambatan ekonomi dan ketidakpastian sentiment global.
Namun menurutnya investor tetap perlu mencermati bagaimana stabilitas fundamental keuangan bank-bank tersebut secara historis serta aspek valuasinya relatif dengan bank-bank lain yang sejenis.
"untuk nilai IPO menurut saya tergantung pada kebutuhan rencana skala ekspansi bisnisnya, disamping melihat potensi tingkat penyerapan dan minat terhadap dana IPO oleh investor publik," ungkapnya kepada Kontan.
Selanjutnya: Dukung Program 3 Juta Rumah, Erick Thohir Dorong BTN Pasarkan KPR Hunian TOD
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Cuka Apel Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Gula Darah Jadi Stabil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News