kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

NPL perbankan membaik di semester II


Kamis, 11 Agustus 2016 / 06:10 WIB
NPL perbankan membaik di semester II


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Berbagai pelonggaran yang diberikan regulator mulai menunjukkan hasil. Misalnya dari sisi risiko kredit. Di semester II ini, ancaman rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) di industri perbankan diprediksi membaik.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, rasio NPL per akhir Juli 2016 berada di level 3,05%.Rasio kredit bermasalah itu menurun 50 basis poin (bps) dari sebelumnya 3,1% di bulan Mei 2016.

"Prediksinya bulan depan turun lagi. Menurut saya, titik terendah sudah terlewati," kata Muliaman, Rabu (10/8/).

Menurut Muliaman, penurunan rasio kredit macet tersebut lantaran aksi perbankan melakukan restrukturisasi. Selain itu, porsi kredit bermasalah menyusut dibarengi pertumbuhan penyaluran kredit yang terus membaik.

Pantauan OJK, beberapa sektor kredit mulai bergairah seperti sektor pertanian, otomotif, dan properti. Namun, rasio kredit macet di sejumlah bank besar masih meningkat.

Sebut saja NPL Bank Permata yang meningkat sekitar 244 bps menjadi 4,59% per Juni 2016. Akibatnya, cadangan kerugian penurunan nilai melonjak 77,3% menjadi Rp 2,46 triliun dan membuat bank patungan milik Astra International dan Standard Chartered itu mencetak rugi bersih sebesar Rp 836 miliar.

Kredit komersial menjadi salah satu segmen yang memperburuk NPL perbankan.

Bank Mandiri semisal. Rasio NPL kredit komersial bank berlogo pita emas ini naik 506 bps menjadi 6,69% di semester I 2016, sekaligus jadi penyumbang terbesar NPL bank ini.

Bank Central Asia (BCA) juga mencetak kenaikan 130 bps NPL sektor komersial menjadi 2,1% di paruh pertama 2016. Alhasil, selera bank terhadap kredit komersial menyusut.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi mengatakan, pihaknya akan mengerem kredit komersial agar tidak tumbuh terlalu tinggi. Potensi kredit bermasalah di segmen ini muncul karena dampak dari pemangkasan anggaran pendapatan dan belanja negara.

Pada semester II, Bank Bukopin fokus menggarap kredit di sektor ritel mikro yaitu kredit di bawah Rp 5 miliar. "Ini untuk antisipasi resiko," kata Glen, kemarin. Porsi kredit komersial Bank Bukopin sebesar 34% dari total kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×