Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Bank OCBC NISP Tbk mengaku telah memperoleh pinjaman siaga alias stand by loan dari induk usaha yaitu OCBC Bank Singapura senilai US$ 300 juta.
Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengungkapkan, stand by loan ini telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. Pencairannya pun dapat dilakukan sewaktu-waktu saat dibutuhkan.
Menurut Parwati, pencairan pinjaman siaga dari induk usaha itu bisa dilakukan sampai dengan akhir tahun. Namun jika bank dengan kode emiten NISP ini membutuhkan stand by loan lebih, maka induk usaha dapat mengucurkan pinjaman siaga karena masih memiliki pipeline.
"Per Maret kami memperoleh US$ 300 juta, bisa lebih sampai akhir tahun. Mereka juga masih punya pipeline untuk kami. Tapi yang sudah ada izinnya US$ 300 juta," kata Parwati di Jakarta, Jumat (13/6).
Parwati menjelaskan, OCBC NISP dikenakan commitment fee kepada induk usaha atas stand by loan senilai US$ 300 juta tersebut. Selain itu, perseroan juga masih memiliki pinjaman bilateral di luar induk usaha sebesar US$ 200 juta.
Parwati menyebutkan, atas pinjaman ini, pihaknya tidak memerlukan izin dari Bank Indonesia, lantaran tenornya di bawah satu tahun dan bersifat uncommitted.
Lebih lanjut Parwati mengungkapkan bahwa posisi loan to deposit ratio (LDR) valuta asing (valas) OCBC NISP saat ini berada di bawah 80%. Pertumbuhan DPK maupun kredit untuk pinjaman berdenominasi mata uang asing masih cukup baik.
Meski begitu, pihaknya memilih untuk selektif dalam penyaluran kredit valas, lantaran pasar masih rentan terhadap pergerakan. "LDR valas kami di bawah 80%. Pertumbuhan DPK valas dan kreditnya juga cukup baik. Kami selektif saja karena masih fragile. Eksposur tidak terlalu banyak. Untuk sektornya pun kami pilih-pilih. Untuk sektor mining misalnya, kami berikan kredit valas adalah untuk existing customer (nasabah yang sudah ada) dan untuk yang baru-baru tidak," ucapnya.
Parwati mengungkapkan, posisi LDR perseraon saat ini sudah berada di bawah 90%. Angka ini membaik jika dibandingkan dengan triwulan I-2014, dimana angka LDR NISP mencapai level 100,8%.
Sementara itu, loan to funding ratio (LFR) perseroan saat ini berada dibawah 80%, menurun tajam jika dibandingkan dengan kuartal I-2014 yang mencapai 92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News