Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menganggap piutang pembiayaan industri multifinance yang hanya tumbuh sebesar 2,83% YoY, dengan nilai Rp 504,58 triliun per Mei 2025, menjadi tantangan yang luar biasa.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menerangkan hal itu juga tak terlepas dari penjualan kendaraan di industri otomotif yang menurun.
Adapun data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat penjualan wholesales selama Januari 2025 hingga Mei 2025 mencapai 316.981 unit atau turun 5,5%, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 335.405 unit. Penjualan ritel juga menurun 9,2% dari 362.163 unit menjadi 328.852 unit.
"Angka pertumbuhan tersebut kami anggap sebagai tantangan yang luar biasa, karena industri sempat tumbuh dobel digit pada 2022 dan 2023. Kami merindukan masa-masa yang cerah," ucapnya saat menghadiri GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang digelar di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (23/7).
Baca Juga: OJK Beri Izin Usaha kepada PT Gadai Sakti Banten
Lebih lanjut, Agusman optimistis penyelenggaraan pameran otomotif, seperti GIIAS 2025, dapat menjadi stimulus pendorong pertumbuhan piutang pembiayaan multifinance.
"Melihat antusiasme tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya di GIIAS, kami yakin industri otomotif akan terus melaju dan semoga kegiatan GIIAS dapat menstimulasi pembiayaan kendaraan bermotor dan industri asuransi di Indonesia," ungkap Agusman.
Untuk mendorong kinerja industri pembiayaan, Agusman mengatakan OJK terus melakukan berbagai langkah penguatan, termasuk dengan menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 46 Tahun 2024 tentang Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, dan Perusahaan Modal Ventura (POJK 46/2024).
Selain itu, OJK juga bersama Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) juga sudah membuat roadmap lima tahun ke depan, yakni Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan periode 2024-2028. Dia bilang adanya roadmap itu menjadi upaya untuk meningkatkan daya saing dan kemampuan industri mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dari segi perusahaan pembiayaan.
"Kami juga terus berkomitmen meningkatkan pengawasan yang prudent dan berbasiskan risiko untuk dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi peningkatan stabilitas dan sumbangan industri terhadap sektor keuangan dan perekonomian indonesia," ujar Agusman.
Di sisi lain, Praktisi dan Pengamat Industri Pembiayaan Jodjana Jody memproyeksikan piutang pembiayaan multifinance kemungkinan tak bisa tumbuh signifikan hingga akhir tahun ini. Dia bahkan memperkirakan pertumbuhan hanya akan berada di level single digit saja.
"Pertumbuhan diproyeksikan di bawah dobel digit. Untuk tumbuh 5% saja sudah bagus," katanya kepada Kontan, Senin (21/7).
Jody mengatakan proyeksi itu tak terlepas dari tantangan yang menghantui industri multifinance pada tahun ini sehingga menyebabkan pertumbuhan piutang pembiayaan terus melambat.
Dia bilang salah satu tantangan yang paling dirasakan industri adalah lesunya penjualan kendaraan bermotor. Sebab, selama ini, mayoritas perusahaan multifinance mengandalkan kinerja dari segmen pembiayaan kendaraan bermotor.
"Memang industri multifinance merasakan tantangan berat karena sangat bergantung dengan otomotif roda empat dan dua yang trennya juga sedang turun," ujar Jody.
Baca Juga: WOM Finance Beberkan Tantangan yang Membayangi Multifinance hingga Akhir 2025
Selanjutnya: Pemerintah Jadikan Gabungan Kelompok Tani Jadi Titik Distribusi Pupuk Subsidi
Menarik Dibaca: Fitur Lifestyle Hadir di PLN Mobile, Perluas Layanan ke Ranah Hiburan dan Gaya Hidup
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News