kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OJK Sebut Literasi Digital Indonesia Masih di Level Sedang, Yogyakarta Paling Tinggi


Minggu, 23 Juli 2023 / 13:39 WIB
OJK Sebut Literasi Digital Indonesia Masih di Level Sedang, Yogyakarta Paling Tinggi
ILUSTRASI. Karyawan melintas dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan literasi digital Indonesia masih di level sedang dan menjadi tantangan yang harus dihadapi.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan literasi digital Indonesia masih di level sedang dan menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara mengatakan literasi digital di indonesia tak terlalu tinggi. Berdasarkan data yang ditunjukkan, Mirza menyebut literasi digital Indonesia masih berada di angka 3 dari skala 1 sampai 5.

"Indonesia kini berada di mid level, yakni pada 2020 sebesar 3,46, lalu naik 3,49 pada 2021," ucap Mirza dalam acara Digital Investment Forum di Jakarta, Kamis (20/7).

Secara rinci dari skala 1 hingga 5, komponen indeks literasi digital menunjukkan digital skill di Indonesia hanya mencapai 3,44, digital culture 3,90, digital ethic 3,53, dan digital safety 3,10.

Baca Juga: Kredit Macet Fintech Terus Meningkat, OJK Sebut Faktor Ini Jadi Pemicunya

Jika dilihat secara provinsi, Yogyakarta menjadi provinsi yang tinggi tingkat literasi digitalnya sebesar dengan skala 3,71, kemudian Kepulauan Riau 3,68, lalu Kalimantan Timur 3,62.

Sementara itu, Maluku Utara menjadi provinsi dengan tingkat literasi digital terendah dengan skala 3,18, diikuti Riau 3,35, lalu Papua 3,37.

Menurut Mirza, masih rendahnya literasi digital menjadi salah satu tantangan Indonesia dalam melakukan transformasi digital. Selain literasi digital, rendahnya literasi keuangan dan peningkatan ancaman fraud juga menjadi pekerjaan rumah yang harus dihadapi.

Mirza mengatakan risiko strategi mencakup investasi IT yang tidak sesuai strategi bisnis juga menjadi kendala transformasi digital. Oleh karena itu, regulasi untuk mendorong transformasi dan kolaborasi sekaligus menjaga industri safe and sound menjadi hal yang penting.

Ia pun menyampaikan perlunya sinergitas tidak hanya antarlembaga, tetapi dengan industri keuangan agar bisa mendorong perkembangan keuangan digital.

Baca Juga: OJK Tak Ambil Pusing Dijadikan Turut Tergugat di Gugatan Perdata 40 Lender iGrow

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×