Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
Meski demikian Hery masih optimistis perseroan bakal mampu melakukan mitigasi risiko dengan baik. Biarpun, permodalan dan likudiitas perseroan juga dipastikannya juga bakal tergerus.
Hingga akhir tahun, capital adequacy ratio (CAR) Bank Mandiri ditaksir Hery akan mencapai level 16,9%-17,5%, melorot hingga 4,5% dibandingkan CAR akhir tahun lalu sebesar 21,39%.
Baca Juga: Pengamat: Merger Bank BJB dan Bank Banten jangan tergesa-gesa
Sementara loan to deposit ratio (LDR) justru diprediksi bakal makin longgar hingga 92%, menyusut lebih dari 4% dibanding 2019 sebesar 96,37%.
Likuiditas Bank Mandiri diprediksi bakal tambah tebal lantaran beberapa hari ini, Bank Mandiri getol menerbitkan surat utang. Pertama obligasi senllai Rp 1 triliun yang merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan II senilai total Rp 20 triliun.
Kedua penerbitan Euro Medium Terms Notes (EMTN) senilai US$ 500 juta yang juga merupakan bagian dari program EMTN senilai total US$ 2 miliar. April 2019 lalu, telah diterbitkan EMTN US$ 750 juta sehingga masih ada sisa penerbitan US$ 750 juta.
“Penerbitan surat utang ini dilakukan untuk memperkuat struktur pendanaan wholesale funding kami,” sambung Herry.
Bankir lainnya yaitu Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja enggan berkomentar banyak soal dampak pandemi terhadap kinerja perseroan. Ia juga enggan membocorkan hingga kini berapa nilai restrukturisasi kreditnya yang terimbas Covid-19.
“Sementara ini saya tidak mau komentar, karena situasi seperti ini sukar diprediksi, tiap minggu akan ada perubahan. Saat ini situasi masih terkendali, dan yang penting untuk kami adalah menjaga likudiitas dan menekan biaya,” katanya kepada Kontan.