Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
Per akhir tahun lalu, CAR bank swasta terbesar di tanah air ini memang tergolong tebal pada level 23,8%, sementara LDR sangat longgar sebesar 80,5%.
Sementara Direktur Bisnis Komersial PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) Kokok Alun Akbar mengamini hal tersebut. Sejatinya daya tahan industri perbankan masih akan mampu menangani pandemi dalam jangka waktu pendek hingga menengah. Namun beda cerita jika pandemi berlarut-larut.
Baca Juga: Asyik! BCA beri keringan suku bunga dan denda terlambat bayar, simak rinciannya..
Saat ini sejumlah rasio keuangan prseroan disebutnya masih cukup kuat. Finance to deposit ratio (FDR) 92%, CAR 21,99%, giro wajib minimum (GWM) 4,03%, dan penyangga likudiitas makroprudensial (PLM) 23,44%.
“Ada tiga skala stress test kami: ringan jika Covid-19 bisa selesai pada Juli, kemudian sedang selesai pada September, dan berat selesai pada Desember. Sampai September dampaknya memang tidak terlalu signifikan, kalau sampai Desember baru akan besar, kami mungkin bisa memangkas target pertumbuhan pembiayaan dari 17% menjadi 10%,” katanya dalam paparan daring, Selasa (5/5).
Sementara hingga kini entitas anak PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini juga telah merestrukturisasi pembiayaan terimbas Covid-19 kepada 5.298 debitur senilai Rp 1,6 triliun. Kokok memprediksi hingga September akan ada tambahan 400 debitur anyar.
“Rasio PLM kami sebesar 23,44%, jauh lebih tinggi dibandingkan ketentuan Bank Indonesia sebesar 4,5%. Ini bisa jadi bantalan jika sewaktu-waktu kami membutuhkan likuiditas,” sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News