kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi covid-19 menguji imun perbankan


Selasa, 05 Mei 2020 / 21:03 WIB
Pandemi covid-19 menguji imun perbankan
ILUSTRASI. Teller Bank Mandiri dengan mengenakan pakaian adat kebaya sedang melayani nasabah di salah satu kantor cabang di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (21/4). Penggunaan pakaian adat ini menjadi simbol peringatan Hari Kartini yang dilakukan karyawan B


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya tahan perbankan nasional bakal diuji saat menghadapi pandemi Covid-19. Sejumlah bankir mengaku masih percaya diri bisa mengatasi hal ini, meskipun sejumlah imbas negatif tak bisa dielak.

Utamanya memang karena pandemi yang menghantam ekonomi. Pelaku usaha kesulitan raih pemasukan, pembayaran cicilan terhambat. Hasilnya kredit macet melonjak, sementara pendapatan bank merosot.

Memang, ada sejumlah stimulus dari pemerintah, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait restrukturisasi kredit. Penilaian kolektablitas dikurangi, sehingga kredit macet masih bisa diniliai lancar sehingga beban cadangan kerugian bank bisa ditunda.

Baca Juga: Bank Mandiri terbitkan global bond US$ 500 juta

“Penundaan angsuran pokok dan bunga akan tetap diakui sebagai pendapatan. Meskipun memang pendapatan bunga pasti akan menurun akibat pertumbuhan kredit yang melambat,” kata Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Hery Gunardi kepada Kontan.co.id, Selasa (5/5).

Hingga 24 April 2020 lalu, bank berlogo pita emas ini telah melakukan restrukturisasi kredit kepada 63.202 debitur dengan nilai kredit Rp 19,04 triliun.

BCA Sekuritas dalam risetnya 14 April 2020 lalu juga memprediksi akan terjadi penurunan pemasukan perseroan. Tahun ini Bank Mandiri diproyeksi cuma bakal dapat laba bersih Rp 21,68 triliun, merosot hingga 21% dari realisasi laba bersih pada akhir tahun lalu senilai Rp 27,48 triliun.

Meski demikian Hery masih optimistis perseroan bakal mampu melakukan mitigasi risiko dengan baik. Biarpun, permodalan dan likudiitas perseroan juga dipastikannya juga bakal tergerus.

Hingga akhir tahun, capital adequacy ratio (CAR) Bank Mandiri ditaksir Hery akan mencapai level 16,9%-17,5%, melorot hingga 4,5% dibandingkan CAR akhir tahun lalu sebesar 21,39%.

Baca Juga: Pengamat: Merger Bank BJB dan Bank Banten jangan tergesa-gesa

Sementara loan to deposit ratio (LDR) justru diprediksi bakal makin longgar hingga 92%, menyusut lebih dari 4% dibanding 2019 sebesar 96,37%.

Likuiditas Bank Mandiri diprediksi bakal tambah tebal lantaran beberapa hari ini, Bank Mandiri getol menerbitkan surat utang. Pertama obligasi senllai Rp 1 triliun yang merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan II senilai total Rp 20 triliun.

Kedua penerbitan Euro Medium Terms Notes (EMTN) senilai US$ 500 juta yang juga merupakan bagian dari program EMTN senilai total US$ 2 miliar. April 2019 lalu, telah diterbitkan EMTN US$ 750 juta sehingga masih ada sisa penerbitan US$ 750 juta.

“Penerbitan surat utang ini dilakukan untuk memperkuat struktur pendanaan wholesale funding kami,” sambung Herry.

Bankir lainnya yaitu Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja enggan berkomentar banyak soal dampak pandemi terhadap kinerja perseroan. Ia juga enggan membocorkan hingga kini berapa nilai restrukturisasi kreditnya yang terimbas Covid-19.

“Sementara ini saya tidak mau komentar, karena situasi seperti ini sukar diprediksi, tiap minggu akan ada perubahan. Saat ini situasi masih terkendali, dan yang penting untuk kami adalah menjaga likudiitas dan menekan biaya,” katanya kepada Kontan.

Per akhir tahun lalu, CAR bank swasta terbesar di tanah air ini memang tergolong tebal pada level 23,8%, sementara LDR sangat longgar sebesar 80,5%.

Sementara Direktur Bisnis Komersial PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) Kokok Alun Akbar mengamini hal tersebut. Sejatinya daya tahan industri perbankan masih akan mampu menangani pandemi dalam jangka waktu pendek hingga menengah. Namun beda cerita jika pandemi berlarut-larut.

Baca Juga: Asyik! BCA beri keringan suku bunga dan denda terlambat bayar, simak rinciannya..

Saat ini sejumlah rasio keuangan prseroan disebutnya masih cukup kuat. Finance to deposit ratio (FDR) 92%, CAR 21,99%, giro wajib minimum (GWM) 4,03%, dan penyangga likudiitas makroprudensial (PLM) 23,44%.

“Ada tiga skala stress test kami: ringan jika Covid-19 bisa selesai pada Juli, kemudian sedang selesai pada September, dan berat selesai pada Desember. Sampai September dampaknya memang tidak terlalu signifikan, kalau sampai Desember baru akan besar, kami mungkin bisa memangkas target pertumbuhan pembiayaan dari 17% menjadi 10%,” katanya dalam paparan daring, Selasa (5/5).

Sementara hingga kini entitas anak PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini juga telah merestrukturisasi pembiayaan terimbas Covid-19 kepada 5.298 debitur senilai Rp 1,6 triliun. Kokok memprediksi hingga September akan ada tambahan 400 debitur anyar.

“Rasio PLM kami sebesar 23,44%, jauh lebih tinggi dibandingkan ketentuan Bank Indonesia sebesar 4,5%. Ini bisa jadi bantalan jika sewaktu-waktu kami membutuhkan likuiditas,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×