kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pangsa pasar bank kecil tidak sampai 12%, begini kata bankir


Senin, 13 Juli 2020 / 19:44 WIB
Pangsa pasar bank kecil tidak sampai 12%, begini kata bankir
ILUSTRASI. Nasabah di Kantor Cabang Bank Sahabat Sampoerna


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masifnya ekspansi kelompok bank menengah dan besar di BUKU III dan IV membuat pangsa pasar bank kecil makin menciut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Mei 2020 58,24% atau mayoritas pangsa pasar aset industri perbankan dikuasai oleh Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV yang hanya terdiri dari tujuh bank saja.

Masih dari pangsa pasar aset perbankan, sebanyak 30,44% dikuasai oleh BUKU III yang jumlahnya ada sebanyak 26 bank. Ini artinya, BUKU I dan II yang jumlahnya ada 77 bank hanya mampu meraup pasar sekitar 11,32% saja.

Kendati demikian, beberapa bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id mengaku masih bisa ekspansi kendati pangsa pasar terlampau kecil dibandingkan bank besar. Di samping itu, mayoritas bank kecil juga sedang menjajaki rencana penambahan modal untuk memperluas cakupan bisnis. 

Baca Juga: Bank BUMN optimistis kredit modal kerja tetap mekar tahun ini

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) misalnya, yang masih mendorong pertumbuhan kredit kendati masih dalam kondisi pandemi Covid-19. 

Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar mengatakan pihaknya mengincar kredit multiguna untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pensiun (pegawai negeri sipil/PNS). 

Sementara itu, walau permodalan perseroan masih solid dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) terjaga di level 18,02% per Mei 2020 pihaknya tetap akan menambah modal. Dalam rencana bisnisnya, tahun 2020 ini Pemerintah Provinsi Sumut berniat untuk menyuntikkan modal sebesar Rp 100 miliar. "Selain itu Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota akan tambah modal Rp 50 miliar," ujarnya, Senin (13/7).

Begitu pula dengan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang punya rencana menambah modal sebesar Rp 900 miliar di tahun 2021. Mengenai persaingan, Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu bilang mengatakan dalam situasi pandemi saat ini hampir tidak ada perubahan. 

Malah menurutnya, seluruh bank kompak mengerem penyaluran kredit. "Kami sekarang sedang membereskan di dalam dahulu, baik infrastruktur TI (teknologi informasi) dan sumber daya manusia," terangnya. 

Daniel melanjutkan, ke depan sesuai dengan Peraturan OJK nomor 12 tahun 2020 tentang konsolidasi bank umum yang diterbitkan OJK baru-baru ini memang mengharuskan modal inti bank minimal Rp 3 triliun pada tahun 2022. 

"Bank BUKU I dan II jumlahnya tidak terlalu banyak dan rencana OJK ke depan juga untuk merampingkan jumlah bank di Indonesia," tegasnya. 

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Sahabat Sampoerna (BSS) Henky Suryaputra membenarkan kalau pangsa pasar aset dan kredit BUKU I dan II sangatlah kecil dibandingkan industri perbankan. Namun, kecenderungannya bank kecil mengincar nasabah UMKM yang jumlahnya masih sangat banyak. 

"Kami memandang keberadaan kami masih sangat relevan bagi UMKM. Kami juga memandang bank dari kategori BUKU berapapun sebagai mitra kami," ujar Henky. 

Alih-alih mendorong ekspansi, Bank Sahabat Sampoerna sejatinya juga rajin mendapat suntikan modal dari pemegang saham. Sejak 2011, pemegang saham telah melakukan penambahan modal hampir setiap tahun. Total penambahan modal dari 2011 hingga 2019 berjumlah Rp 1,2 triliun, di luar pemanfaatan laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. 

Baca Juga: Bank pasang bunga deposito tinggi, ternyata begini alasannya

Dengan seluruh penambahan modal tersebut, termasuk Rp 265 miliar yang dilakukan pada tahun 2019, saat ini modal inti Bank Sampoerna berada di angka Rp 1,5 triliun.

Di sisi lain, perseroan juga tetap ketentuan OJK yang mengharuskan bank untuk memiliki modal inti sebesar Rp 2 triliun pada akhir tahun 2021 dan Rp 3 triliun pada akhir tahun 2022. 

"Hingga saat ini Bank Sampoerna masih terus melakukan evaluasi internal dan menjalin komunikasi yang baik dengan regulator mengenai opsi-opsi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan modal inti sesuai ketentuan yang ada," sambung Henky. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×