Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, perbankan justru percaya diri menggeber pembiayaan konsumer. Ambil contoh, Bank Panin Syariah. Kebijakan pelonggaran aturan uang muka properti (loan to value/LTV) langsung direspon Panin Syariah dengan meresmikan peluncuran produk pembiayaan KPRaS.
Ini adalah produk pembiayaan properti (KPR) menggunakan akad musyarakah mutanaqishah (MMQ). Agar laris manis, Panin Syariah menggandeng sederet pengembang dan broker properti di wilayah Jabodetabek. "Bisnis pembiayaan KPR di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan karena kebutuhan perumahan sangat tinggi," kata S. Budi Darsono, General Manager Business Panin Syariah, Kamis (4/6).
Sejatinya, Panin Syariah sudah membukukan portofolio sebesar Rp 20 miliar dari produk yang sudah soft launching dua bulan lalu itu. Targetnya, pembiayaan KPR Panin Syariah bisa mencapai Rp 200 miliar dalam kurun waktu satu tahun.
Produk KPRaS Panin Syariah menyasar kalangan masyarakat menengah dengan kisaran harga rumah mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar. Saat ini, ada sekitar 22 pengembang dan beberapa broker properti yang sudah menjadi mitra Panin Syariah.
Tidak cuma menggeber KPR, Panin Syariah juga berniat mencicipi gurihnya pembiayaan kepemilikan mobil dan pembiayaan talangan umrah dan wisata religi. Langkah itu merupakan bagian dari strategi Panin Syariah untuk memperbesar pembiayaan konsumer berbasis ritel.
Budi mengatakan, pihaknya berharap porsi pembiayaan konsumer Panin Syariah bisa mencapai 10% terhadap total pembiayaan. "Jika KPR bisa memberi porsi Rp 200 miliar, maka total pembiayaan konsumer di kuartal I tahun depan bisa mencapai Rp 400 miliar," tutur Budi.
Budi mengaku, target tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi Panin Syariah mengingat pertumbuhan ekonomi yang belum membaik. Tapi, Budi meyakini target tersebut bisa tercapai karena Bank Indonesia (BI) merelaksasi aturan uang muka pembiayaan bank syariah.
Tahun 2016, Panin Syariah berharap pembiayaan konsumer bisa menyumbang porsi 15%-20% terhadap total pembiayaan. Saat ini, pembiayaan korporasi mendominasi atau mencapai 60%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News