Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tahun 2023, bank-bank besar mencatatkan keuntungan yang signifikan, mengakibatkan para bankir di puncak hierarki perusahaan tersebut menerima bonus atau tantiem yang cukup besar.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu contoh yang mencatatkan bonus tertinggi bagi direksi dan komisarisnya. Jumlahnya mencapai Rp 766,2 miliar, meningkat dari periode sebelumnya sekitar Rp 644,59 miliar.
Rincian bonus menunjukkan bahwa bagian terbesaryakni Rp 557,62 miliar, diberikan kepada direksi. Dengan 12 orang direksi, masing-masing direksi mendapat bonus sekitar Rp 38,77 miliar.
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, menyatakan bahwa pemberian bonus sebenarnya menjadi wewenang pemegang saham. Namun, ia juga berharap bonus bisa meningkat setiap tahun sesuai dengan kinerja perusahaan.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar BBNI Sentuh Rekor Tertinggi
"Harapannya demikian sesuai dengan tren kinerja," ujar Darmawan kepada KONTAN belum lama ini.
Di posisi kedua, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan kenaikan laba sebesar 19,4% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 48,6 triliun pada tahun 2023. Bank ini memberikan bonus kepada dewan direksi dan komisaris sebesar Rp 660 miliar atas keuntungan yang diperoleh selama tahun buku 2022.
Namun, rincian pembagian bonus untuk direksi dan komisaris tidak dijelaskan secara terperinci. Jika dibagi rata, setiap direksi dan komisaris BCA akan menerima bonus sebesar Rp 38,8 miliar.
Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memberikan bonus kepada pejabat tertingginya sebesar Rp 563,67 miliar pada tahun 2023. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 2,04% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai Rp 575,38 miliar.
Bonus untuk seluruh direksi BRI sepanjang tahun 2023 sebesar Rp 404,42 miliar, sedangkan sisanya sebesar Rp 159,24 miliar dialokasikan untuk dewan komisaris. Dengan total 12 orang direksi BRI, setiap direksi mendapatkan bonus sekitar Rp 33,7 miliar jika dibagi rata.
Baca Juga: Komitmen Bank Central Asia (BCA) Dorong Pariwisata Berkelanjutan
Terakhir, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan bonus terendah di antara bank-bank KBMI 4, yaitu sebesar Rp 315 miliar. Laba bank ini tergolong yang terkecil dengan jumlah Rp 21 miliar.
Seperti bank-bank lainnya, alokasi bonus untuk direksi di BNI lebih besar daripada komisaris, yaitu sebesar Rp 224,3 miliar. Setiap direksi BNI menerima bonus sekitar Rp 18,69 miliar.
Direktur Utama BNI, Royke Tumiliaar, tidak memberikan banyak komentar terkait besarnya bonus yang diterimanya. Ia menegaskan bahwa pemberian bonus bagi manajemen merupakan urusan pemegang saham.
Royke hanya menyatakan bahwa biasanya, bonus bagi direksi dan komisaris akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS Tahunan). Keputusan mengenai persetujuan bonus akan dibahas dalam rapat tersebut. "Jika disetujui, baru akan dibagikan," ujar Royke singkat.
Piter Abdullah, seorang pengamat dan Direktur Eksekutif Segara Institute, menyatakan bahwa para bankir layak mendapatkan bonus atas kinerjanya.
Baca Juga: Ini Jawara Perbankan dengan Bonus Bankir Terbesar
Namun, ia mengingatkan bahwa keuntungan yang besar tidak semata-mata merupakan hasil dari kinerja direksi saja. Menurutnya, sebagian besar keuntungan tersebut berasal dari investasi bank dalam surat utang negara dan instrumen moneter.
"Keuntungan yang tidak berasal dari penyaluran kredit seharusnya tidak diikutsertakan dalam pembagian bonus," ujar Piter.
Doddy Ariefianto, seorang ekonom dari Universitas Bina Nusantara (Binus), menambahkan bahwa pembagian bonus para bankir merupakan hasil negosiasi antara pemilik dan manajemen.
Ia menyarankan untuk mengatur pembagian bonus secara berkala daripada mengatur besarnya bonus tersebut. Hal ini karena regulasi semacam itu sudah diterapkan oleh bank-bank di luar negeri.
Baca Juga: Intip Besaran Bonus dan Tantiem Bankir di Bank-Bank Besar, Siapa Juaranya?
Doddy menjelaskan bahwa pembagian bonus secara berkala merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas penyaluran kredit yang telah dilakukan. Menurutnya, masalah kredit dapat muncul setelah beberapa tahun berjalan.
"Jadi, para bankir tidak akan sembarangan dalam menyalurkan kredit hanya untuk meningkatkan kinerja dan mendapatkan bonus yang lebih besar karena bisnis bank sangat sensitif," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News