Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Investor lokal mulai berguguran dan mundur dari proses pengambilalihan bank Muamalat. Kali ini Para Group memutuskan untuk tidak melanjutkan proses akusisi bank syariah pertama di Indonesia tersebut.
Taipan pemilik Para Group Chairul Tandjung menganggap faktor risiko yang harus ditanggung terlalu besar apabila mengakusisi Muamalat. "Kita tadi mau masuk, tapi setelah melihat secara teliti dan lain sebagainya kita menganggap bahwa risiko yang kita tanggung terlalu besar," tutur Chairul, Jakarta, Kamis (14/7).
Namun, Chairul enggan memaparkan faktor risiko yang dimaksudnya. Alasannya, pihaknya telah menandatangani kontrak yang bersifat rahasia saat due delligence sehingga tidak boleh membocorkan informasi terkait proses akusisi. "Kita tidak boleh membicarakan tentang isi perut bank yang kita lakukan due dilligence, kan aturannya begitu," ujarnya.
Selain Para Group, sebelumnya PermataBank juga memilih mundur. Alasannya sama, Permata melihat harus menghadapi beberapa risiko sehingga belum mampu mengakuisisi.
Wakil Direktur Utama PermataBank Herwidayatmo mengatakan banyak risiko yang harus dihadapi Permata jika mengambil alih Bank Muamalat. Membeli perusahaan, lanjut dia, harus menilai dari berbagai sisi seperti bisnis, ekonomi, manajemen, dan tata kelola perusahaan (governance). "Kami belum mampu melakukan itu (membeli Muamalat)," ujar dia.
Bank-bank BUMN juga mengaku tidak berminat membeli Muamalat dengan alasan harga yang ditawarkan terlalu mahal. Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan pihaknya pernah menawarkan akuisisi Muamalat kepada bank-bank milik negara. Namun, belum ada bank pelat merah yang tertarik. "Waktu itu kita paparkan saja, Muamalat mau dijual siapa yang minat. Ternyata tidak ada yang minat," ujarnya kepada KONTAN.
Saham yang ditawarkan Bank Muamalat berada di atas batas kenormalan penawaran harga saham. Bank Muamalat menawarkan sahamnya pada Price to Book Value (PBV) atau rasio harga saham terhadap nilai buku 3,2 kali. Padahal, menurut Mustafa, harga normal berada di 2 sampai 2,2 kali.
Direktur Direktorat Perbankan Syariah BI Mulya Siregar mengatakan ada delapan investor yang ikut proses penawaran atawa bidding penjualan Muamalat. Yakni, Standard Chartered Bank, Bank Mandiri, Bank Permata, Qatar Islamic Bank, Saratoga, Para Grup, dan Overseas Chinese Banking Corp.
"Waktu bidding kedua itu ada delapan investor. Saat ini yang saya dengar sudah bidding ketiga, pasti banyak yang mundur," tutur Mulya. Dengan mundurnya Para Group, Bank Permata, dan Bank Mandiri, setidaknya tinggal lima investor yang masih bertahan dalam proses akusisi 65% saham Muamalat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News