Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Rupiah masih goyah. Menurut data Bloomberg, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pukul 21.40 masih Rp 11.800 melemah 1,4% dari sebelumnya. Penurunan ini mengisyaratkan pasar masih menanti jurus Bank Indonesia (BI) menghadapi tekanan pembelian dolar di awal tahun.
Salah satu langkah BI adalah mencairkan fasilitas swap bilateral dengan Jepang. Namun pasar cuma bisa menebak. Sebab hingga kini BI masih menyimpan rapat-rapat seberapa besar nilai swap itu. Sekadar mengingatkan, pada awal pekan ini, Gubernur BI Boediono memastikan Indonesia akan menggunakan fasilitas swap dalam dolar AS dari Bank Sentral Jepang (BOJ). "Itu kami siapkan sebagai pertahanan lini kedua," ujarnya.
Tanda-tanda rupiah membutuhkan tameng ekstra tampak pada data cadangan devisa. Per Juni 2008, cadangan devisa masih US$ 60,5 miliar. Namun awal tahun ini, devisa yang tersisa US$ 51,6 miliar.
Gubernur BI Boediono (2/2) mengakui cadangan devisa sebesar itu belum aman untuk ukuran Indonesia. Idealnya US$ 60 miliar. Karena itu, "Kami perlu amunisi dari luar," kata Boediono Senin (2/2).
Jika berhasil mendapat amunisi tambahan, bank sentral akan memasok dolar dari hasil swap tadi ke pasar lokal. Salah satu saluran ke pasar lokal adalah melalui transaksi gadai atau repurchase agreement (repo).
Di atas kertas, jurus BI itu bisa mengendurkan tekanan valas. Selama jumlah fasilitas swap yang diperoleh plus cadangan devisa memadai untuk memenuhi kebutuhan valas.
Nah untuk kebutuhan valas ada perhitungan kasarnya. BI pernah menyatakan cadangan devisa sebesar US$ 50 miliar memadai untuk melunasi utang pemerintah plus impor ekspor. Tapi, selain dua kebutuhan itu, permintaan dolar juga datang dari sektor korporasi yang harus melunasi utang. Sepanjang tahun ini, utang dolar swasta yang jatuh tempo diperkirakan mencapai US$ 17,5 miliar.
Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi, seluruh kebutuhan itu akan tertutup oleh cadangan devisa dan fasilitas swap yang akan diperoleh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News