kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pegadaian bidik produk syariah naik 22% di tahun ini


Minggu, 04 Maret 2018 / 14:38 WIB
Pegadaian bidik produk syariah naik 22% di tahun ini
ILUSTRASI. PEGADAIAN SYARIAH


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan bisnis produk syariah yang kian positif membuat PT Pegadaian (Persero) ingin tancap gas. Tahun ini, perusahaan pelat merah itu membidik pertumbuhan 22%.

Direktur Produk Pegadaian Harianto Widodo mengatakan, sepanjang tahun lalu perseroan telah menyalurkan total pinjaman sebesar Rp 37 triliun. Dari jumlah itu, produk pegadaian syariah menyumbang sekitar 13%.

Tahun ini, Pegadaian akan memaksimalkan target pertumbuhan bisnis pegadaian syariah sebesar 22% dengan harapan kontribusi secara keseluruhan bisa naik. "Kami proyeksikan porsinya (pegadaian syariah) bisa menjadi 14,7%," kata Harianto kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.

Untuk memaksimalkan target, kata dia, Pegadaian akan menggenjot produk-produk syariah yang melakukan channeling langsung dengan konvensional. Adapun produk tersebut yang tidak dimiliki oleh konvensional. Sehingga, diharapkan perusahaan akan lebih agresif untuk memasarkan produk Amanah dan Arrum Haji.

Saat ini sendiri, Pegadaian telah memiliki 600 outlet syariah dari total keseluruhan yang mencapai 4.300 outlet. "Sehingga apabila dihubungkan dengan konvensional daya jangkaunya lebih luas lagi," ujar Harianto

Tahun ini, Pegadaian memilih untuk tidak menambah outlet fisik sebab akan lebih memaksimalkan manfaat kanal pemasaran via digital yang bisa digunakan masyarakat baik untuk transaksi maupun pengajuan pinjaman.

Pegadaian juga tak ingin terburu-buru untuk memisahkan unit usaha syariah (UUS) syariah. Hal ini lantaran perusahaan ingin lebih dahulu membesarkan porsi bisnis ini. Misalnya untuk channeling produk syariah dengan konvensional menjadi mudah karena masih satu induk perusahaan

"Itu pertimbangan kami, misal kalau terpisah mungkin untuk meningkatkan skala ekonomi syariah menjadi tidak optimal," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×