Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat tren digitalisasi perbankan akan terus terjadi. Perluasan digitalisasi akan dilakukan dengan strategi penguatan kapasitas internal seperti strategik, proses bisnis hingga teknologi maupun akuisisi bank dan perluasan ekosistem.
“Tren digitalisasi ini akan terus meningkat karena sudah ada peluang yang tersedia. Paling tidak ada potensi di Indonesia mulai dari bonus demografi dengan penduduk 270 juta yang tidak dimiliki negara lain,” ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta secara virtual pada Rabu (7/7).
Lanjutnya, terdapat 64,7% dari populasi Indonesia merupakan Gen Y, Z, dan post Z. FIli bilang segmen ini akan menjadi masa depan pengguna transaksi digital banking. sebanyak 35,5% merupakan Gen X dan BabyBoomer mulai melakukan transaksi secara digital di tengah pandemi.
Baca Juga: Per Mei 2021, Bank Sumut salurkan kredit UMKM sebesar Rp 7,6 triliun
“Alat pembayaran digital di Indonesia beragam ada uang elektronik, alat pembayaran menggunakan kartu, QRIS, dan mobile banking. Lalu penyelenggaranya juga banyak ada 158 P2P lending dan 41 penerbit uang elektronik non-bank. Sedangkan GMV e-commerce mencapai US$ 21 miliar,” jelasnya.
Potensi berikutnya, telah terjadi inovasi digital industri yang dilakukan oleh industri seperti layanan buka rekening bank secara digital. Ketiga, telah terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi secara digital di tengah pandemi.
“Kita lihat aktivitas belanja di e-commerce dan transaksi perbankan itu cukup besar. Penggunaan internet ya untuk chat 96%, internet 86%, untuk belanja 78%, dan layanan perbankan 39%. Utama lagi, pengguna e-commerce juga sudah merata,” katanya.
Dengan kondisi ini, ia bilang bank sentral juga telah melakukan transformasi sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bila dilihat secara global, bank sentral di berbagai negara mulai mereposisi perannya.
Baca Juga: Hingga Mei, premi unitlink berkontribusi 48,31% bagi total premi asuransi jiwa
“Berbicara sistem pembayaran, dulu banyak bank sentral berperan sediakan layanan wholesale. Sekarang mau tidak mau, juga harus persiapan transaksi ritel. Kita lihat, bank sentral harus striking the right balance antara inovasi dan risiko khususnya di area sistem pembayaran ritel untuk dukung interoperabilitas, kompetisi, dan inovasi, serta mengoperasikan infrastruktur publik,” pungkasnya.
Selanjutnya: BI proyeksi transaksi digital banking naik 19% jadi Rp 32.206 triliun sepanjang 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News