Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Larangan ekspor mineral mentah dan pelemahan harga komoditas menjadi momok bagi industri pembiayaan alat berat. Para pelaku usaha di sektor pertambangan dan perkebunan memilih menahan ekspansi.
Buntutnya, bisnis pembiayaan alat berat ikut tersendat. Salah satu pemain perusahaan pembiayaan atawa multifinance di lini usaha alat berat, PT Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL) Finance mengeluhkan target tahun 2014 sulit untuk tercapai.
Sampai dengan pengujung tahun lalu, CSUL Finance memperkirakan hanya mampu menyalurkan kredit alat berat sebesar Rp 1,6 triliun. "Di tutup tahun, kemungkinan 90% dari target karena harga komoditas turun dan pelarangan ekspor untuk beberapa mineral," ujar Suwandi Wiratno, Direktur utama PT Chandra Sakti Utama Leasing Finance, pekan ini.
Semula, CSUL Finance mengincar target penyaluran kredit sebesar Rp 2 triliun di sepanjang tahun 2014. Namun, memasuki semester kedua, CSUL Finance mulai merevisi target menjadi Rp 1,8 triliun.
Sebab, sampai dengan Agustus 2014, total kredit yang disalurkan baru mencapai Rp 1,3 triliun, atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 1,5 triliun.
Merujuk data terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI), per Oktober 2014, outstanding pembiayaan sewa guna usaha turun tipis sekitar 0,45% ketimbang periode yang sama tahun lalu yakni Rp 113,25 triliun.
Memang, jika dilihat dari perolehan awal 2014 sampai Oktober 2014, tren pembiayaan sewa guna usaha menurun. Pada awal Januari 2014, jumlah pembiayaan alat berat mencapai Rp 118,49 triliun.
Di pertengahan tahun lalu, total outstanding kegiatan leasing turun menjadi Rp 115,54 triliun. Posisi pembiayaan sewa guna usaha terus turun menjadi Rp 114,77 triliun di bulan September 2014.
Di tahun ini, Suwandi pesimistis bisnis pembiayaan alat berat bisa tumbuh. Lesunya penjualan alat berat masih akan berlanjut hingga tahun depan. Makanya, pada tahun 2015, Suwandi tak berani mematok target tinggi.
Ia memprediksi penyaluran pembiayaan alat berat akan sama dengan tahun lalu. "Analisa pertumbuhannya flat, jadi gimana kami mau naik?" imbuh Suwandi.
Untuk menjaga supaya kinerja CSUL Finance tidak menurun di tahun ini, perusahaan pembiayaan ini akan memperluas bisnisnya. Sebelumnya, Suwandi pernah mengatakan, mulai tahun 2015, CSUL Finance mulai fokus di lini usaha pembiayaan roda empat. Namun, Suwandi tak menyebutkan berapa besar target kontribusi pembiayaan roda empat.
Di Tahun Kambing Kayu ini, kata Suwandi, pihaknya masih mengandalkan pinjaman perbankan untuk kegiatan pembiayaan yakni sekitar 60% hingga 70%. Sisanya akan berasal dari kas perusahaan. Meski banyak multifinance yang merilis obligasi, CSUL Finance belum ada rencana menerbitkan surat utang untuk membiayai bisnisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News