Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Roy Franedya
JAKARTA. Pelambatan penyaluran pembiayaan ternyata tidak terjadi di bank syariah. Liat saja Bank Syariah Bukopin (BSB) yang berhasil menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 2,3 triliun pada semester I-2013 atau tumbuh 27,8% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Resep sukses Bukopin Syariah adalah pembiayaan konsumsi. Sebesar 30% pembiayaan bank ini mengalir ke sektor kendaraan bermotor dan 15% ke properti. Sisanya mengucur ke sektor lain, seperti perdagangan, pendidikan, konstruksi pembangunan dan modal kerja.
Pembiayaan kendaraan bermotor disalurkan secara langsung dan tidak langsung, dengan menggandeng perusahaan multifinance. Saat ini ada 10 multifinance rekanan BSB yang telah mendapatkan pembiayaan Rp 600 miliar. BSB juga berencana menambah rekanan pada semester II ini.
Direktur utama BSB, Riyanto, mengatakan, meski gencar menyalurkan pembiayaan sektor konsumsi, BSB juga menerapkan kehati-hatian. Caranya adalah meminta uang muka tinggi. "Kami juga selektif dalam membiayai nasabah," ujarnya akhir pekan lalu.
Pada semester II -2013, anak usaha Bank Bukopin ini menargetkan pembiayaan tumbuh 30%. Kredit konsumsi masih menjadi tumpuan. Pembiayaan kendaraan bermotor diharapkan tumbuh 30% dan pembiayaan properti meningkat 20%. BSB berharap, mendapat suntikan modal Rp 100 miliar tahun ini agar ekspansi bisa semakin kencang.
BNI Syariah juga mengandalkan pembiayaan konsumsi. Per Juni 2013, BNI Syariah sudah menyalurkan pembiayaan konsumer sekitar Rp 5,6 triliun atau tumbuh 25% dibandingkan tahun lalu. Akhir tahun ini, dipredksi pembiayaan konsumsi akan menembus Rp 6,5 triliun.
Tapi, Direktur Utama BNI Syariah, Dino Indiano, mengatakan, di semester II pembiayaan konsumer akan mengalami pelemahan. Sebab, perekonomian Indonesia cenderung melambat.
"Kami fokus pembiayaan perumahaan, tapi kami hanya membiayai pembelian rumah pertama sehingga rasio kredit bermasalah kami sangat kecil," ujar Dino. Saat ini, 80% portofolio pembiayaan BNI Syariah pada perumahan dan sisanya pada sektor lain, seperti gadai emas dan otomotif.
Sekretaris Perusahaan Bank BRI Syariah, Lukita T. Prakarsa, memprediksi, pada semester II, pembiayaan konsumer akan tetap tumbuh tinggi. Aturan perluasan loan to value (LTV) properti tidak akan berpengaruh besar. Sebab, BRI Syariah masih fokus membiayai perumahan bersubsidi program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News