Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak hanya bank umum, bisnis perbankan syariah pun bakal terimbas perlambatan ekonomi tahun depan. Hampir pasti perbankan syariah tak bakal ekspansif lagi mengejar pembiayaan seperti tahun ini.
Nah, lantaran pembiayaan tahun depan turun, Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) memprediksi rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga atau financing to deposit ratio (FDR) di bank syariah bakal mengecil menjadi 90%.
Per September 2008 lalu, FDR bank syariah terbilang tinggi. Persisnya mencapai 112,25%. Tingginya FDR tersebut lantaran pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah melesat tahun ini. Sampai Oktober 2008, pembiayaan bank syariah tercatat tumbuh 40% dengan outstanding Rp 38,1 triliun.
Ketua Asbisindo A. Riawan Amin mengatakan, penurunan pembiayaan tahun depan malah akan membantu perbankan syariah mengatur likuiditasnya. "Bank syariah selalu membanggakan intermediasi dan rasio pembiayaan yang tinggi. Sekarang sudah waktunya bagi bank syariah untuk menjaga FDR agar tidak lebih dari 90%," tuturnya, kemarin (22/12).
Untuk meminimalkan risiko pembiayaan tahun depan, Riawan menyarankan perbankan syariah fokus pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). "Sektor yang akan kami hindari adalah manufaktur," ujar Direktur Utama Bank Muamalat itu.
Walau pembiayaan bakal turun, Riawan yakin, pangsa pasar perbankan syariah masih berpeluang untuk melebar. Terlebih tahun depan, beberapa bank umum syariah baru bakal mulai beroperasi.
Cara lain untuk memperbesar pangsa pasar bank syariah adalah dengan memaksimalkan fasilitas office chanelling.
Office chanelling merupakan konter layanan bagi perbankan syariah guna mencapai target pertumbuhan pasar. Bank Indonesia (BI) sudah mengizinkan bank syariah untuk mendirikan office chanelling di wilayah provinsi dimana terdapat kantor cabangnya. "Saya yakin bank syariah akan tetap tumbuh meskipun ada gejolak ekonomi," kata Riawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News