Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Aliran modal asing ke Indonesia yang biasa disebut capital inflow diperkirakan bakal kian membanjir seiring langkah bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) menggelontorkan quantitative easing tahap kesekian senilai US$ 600 miliar ke pasar. Dana-dana tersebut diperkirakan akan menyerbu instrumen-instrumen keuangan seperti Sertifikat BI, pasar saham, sampai dengan Surat Berhaga Negara (SBN).
Data Kementerian Keuangan per 2 November 2010 mencatat, kepemilikan asing di SUN sudah mencapai Rp 192,8 triliun dari total SUN senilai Rp 642,59 triliun. Di pasar saham, asing juga mencatat nett beli sebesar Rp 430 miliar dengan transaksi asing mencapai 32,28% dari total transaksi saham.
Kepemilikan asing yang kian besar di SUN sejatinya memunculkan risiko. Terutama, risiko sudden reversal atau pembalikan dana secara tiba-tiba. Sama halnya keberadaan dana asing di SBI maupun di pasar saham. Namun, pemerintah agaknya masih sangat yakin eksposure asing ini risikonya bisa dijinakkan.
Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rakhmat Waluyanto mengaku tidak kuatir dengan pasar SUN yang kian terekspos asing ini. Alasannya, pasar SUN berbeda dengan pasar saham mengingat horizon investasinya lebih panjang ketimbang di SBI ataupun saham. "Jadi kerentanannya terhadap volatilitas pasar lebih kecil. Pemerintah dan Bank Indonesia juga sangat dimungkinkan dalam menciptakan stabilitas pasar SUN," kata Rakhmat kepada KONTAN, Kamis malam (5/11).
Rakhmat bilang, dalam situasi krisis, pemerintah bersama Lembaga Penjamin Simpanan dan BI memiliki protokol manajemen krisis untuk merespon ancaman krisis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News