Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Di tengah kenaikan kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) pada awal tahun ini, perbankan diperkirakan akan merespons dengan menaikkan jumlah pencadangan untuk menjaga kualitas kredit.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Januari 2016, tercatat NPL perbankan masih naik sebesar 15,34 bps menjadi 2,73%. Kenaikan kredit bermasalah sebagian besar dikontribusi dari sektor kredit modal kerja dan investasi.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk misalnya. Bank berkode BBNI ini mencatatkan kenaikan pencadangan atau coverage ratio pada kuartal I-2016.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, pada tiga bulan pertama 2016 coverage ratio bank berlogo 46 ini mengalami kenaikan 11,9% menjadi 142,4%. Sampai akhir tahun, menurut Baiquni, pencadangan BNI akan sedikit naik dan diproyeksi berada di level 145%.
“Kenaikan pencadangan ini selain untuk mengantisipasi kenaikan NPL juga menyesuaikan dengan tren industri,” ujar Baiquni, Selasa, (12/4).
Sebagai informasi, sejak 2013 sampai 2015, tercatat BNI mencatatkan tren kenaikan biaya pencadangan. Pada 2013 lalu misalnya coverage ratio BNI hanya sebesar 128,5%, 2014 meningkat menjadi 130,1% dan pada 2015 lalu, pencadangan BNI mencapai 140,4%.
Dengan pecadangan yang naik tersebut, NPL BNI pada akhir tahun diproyeksi akan turun antara 2,3%-2,5%. Prediksi NPL ini agak turun dari 2015 lalu, yaitu 2,7%.
Untuk menjaga NPL, menurut Baiquni, BNI juga akan melakukan monitoring dengan membentuk tim khusus untuk menanggulangi NPL. Baiquni menekankan, sampai akhir 2016, diperkirakan laba akan terjaga bahkan bisa double digit, hal ini dengan menggenjot kredit dan menaikkan kontribusi dari pendapatan jasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News