kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pendana korporasi masih mendominasi fintech lending


Kamis, 27 Mei 2021 / 19:55 WIB
Pendana korporasi masih mendominasi fintech lending
ILUSTRASI. Fintech peer-to-peer lending tampaknya masih terus mendapatkan sumber pendanaan dari korporasi di sektor jasa keuangan


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Fintech peer-to-peer lending tampaknya masih terus mendapatkan sumber pendanaan dari korporasi di sektor jasa keuangan. Mulai dari sektor perbankan hingga multifinance mulai rajin menjadi pendana di fintech lending untuk mendukung akselerasi inklusi keuangan kepada pelaku UMKM

Terbaru, ada Modal Rakyat bekerja sama dengan PT Bank Neo Commerce Tbk yang memberikan pembiayaan hingga Rp 50 miliar. Hal ini tentu menambah porsi pendana korporasi pada fintech yang berdiri sejak tahun 2018 ini.

CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik mengatakan, saat ini pendana korporasi memang mulai mendominasi pembiayaan pada platform yang berdiri sejak tahun 2018 ini. Perlu diketahui, kontribusi pendana korporasi di Modal Rakyat mencapai 70% dari total pembiayaan yang saat ini sudah mencapai Rp 1,2 triliun.

“Saat ini kita memang membuka partnership ke beberapa bank dan lembaga keuangan lainnya untuk meningkatkan likuiditas Modal Rakyat, karena kami akan melakukan ekspansi ke wilayah selain Jabodetabek, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Medan,” ujar Hendoko kepada KONTAN, Kamis (27/5).

Baca Juga: Simak strategi fintech agar terhindar dari kredit macet

Selain itu, Hendoko juga mengungkapkan, pendana korporasi lebih memberikan keuntungan dikarenakan tingkat likuiditas pendana korporasi jauh lebih tinggi dibandingkan retail. Ia bilang hal ini mempengaruhi pinjaman yang di crowdfunding bisa cepat penuh.

“Sehingga dapat menjaga service level aggreement kami dengan borrower,” tambah Hendoko.

Hendoko juga menyebutkan bahwa tingkat bunga korporasi lebih rendah dibandingkan bunga dari pendana ritel. Untuk korporasi rata-rata bunga sebesar 13% sedangkan untuk bunga pendana ritel sebesar 15%.

Hal yang sama juga terjadi pada pemain fintech lainnya yaitu DanaRupiah. Bahkan fintech yang baru satu tahun mendapatkan izin OJK itu mengaku pendana ritel tidak lebih dari 10%.

Presiden  Direktur DanaRupiah Entjik S. Djafar mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih mengandalkan pendanaan korporasi mulai dari sektor perbankan hingga multifinance. Hanya saja, ia bilang bahwa tahun ini pendanaan dari ritel akan mulai difokuskan.

“Semoga sih tahun ini pendana ritel bisa mencapai 20%. Saat ini, kita masih perlu mengedukasi masyarakat agar tidak langsung komplain karena ada risiko gagal bayar dari peminjam juga,” ujar Entjik kepada KONTAN.

Di DanaRupiah sendiri, bunga yang didapatkan oleh pendana bisa mencapai rata-rata sekitar 14% hingga 16% per tahun. Hal tersebut tergantung resiko dari profil peminjam.

Melihat kondisi pendana korporasi yang mendominasi, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengatakan hal tersebut dikarenakan lender korporasi utamanya dari pelaku jasa keuangan memiliki pengetahuan tentang layanan dan resiko yang ebih baik.  

“Ini tentu akan semakin menguatkan pengelolaan resiko di Fintech,” ujar Kus.

Namun, Kus tetap mendorong pemain fintech lending untuk mulai melakukan diversifikasi dengan menambah pendana dari ritel. Tujuannya adalah agar pendanaan dari fintech lending lebih kuat dengan tidak mengandalkan satu atau dua korporat saja.

“Kalau punya alternatif sumber pendanaan termasuk dari ritel tentu akan semakin kuat. Sekarang tinggal masyarakat percaya saja karena kalau lihat pengembalian nya juga besar bisa mencapai 20% tergantung risiko,” imbuh Kus.

Selanjutnya: Ini strategi yang diterapkan Modal Rakyat untuk antisipasi kredit macet di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×