Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penempatan dana perbankan di surat berharga sampai dengan awal November 2019 masih terbilang tinggi. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) sampai dengan 7 November 2019 total kepemilikan bank terhadap surat berharga negara (SBN) sudah mencapai Rp 687,28 triliun.
Jumlah tersebut merupakan yang paling tinggi sepanjang tahun 2019. Angka tersebut melampaui penempatan dana bank di SBN periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 643,31 triliun.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2019 lalu tercatat total penempatan dana bank di surat berharga sudah menembus Rp 1.054,18 triliun atau naik 6,8% secara year on year (yoy). Dana tersebut utamanya didominasi obligasi sebesar Rp 738,96 triliun, meningkat 12,93% yoy dari Agustus 2018.
Meski begitu, sejumlah bankir sepakat bahwa kenaikan tersebut bersifat wajar.
Baca Juga: Hingga September, penerimaan BI sudah lampaui target ATBI 2019
Direktur Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso menjelaskan penempatan surat berharga tersebut merupakan upaya bank untuk memenuhi secondary reserve. Ia juga menjabarkan bahwa per Oktober 2019, total penempatan dana BTN di surat berharga tercatat sebesar Rp 18,8 triliun atau naik Rp 4,4 triliun jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Meski begitu, pihaknya mengaku dari sisi likuiditas BTN masih memiliki cukup pendanaan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi sampai akhir tahun. Lagipula, saat ini pihaknya memang tengah fokus dalam perbaikan kualitas kredit, artinya BTN belum terlalu kencang menyalurkan kredit di akhir tahun.
Catatan saja, hingga Oktober 2019, pertumbuhan kredit BTN sedikit menurun menjadi 13,55% yoy. Lebih rendah dibanding kredit per September 2019 (bulanan) yang naik 16,6% yoy.
Lebih lanjut, untuk menjaga likuiditas BTN juga masih punya beberapa opsi pendanaan di akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020. "BTN berencana melakukan sekuritisasi aset pada bulan ini sebesar Rp 2 triliun dan menerbitkan junior global bond awal tahun 2020," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/11).