Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) mengatakan pihaknya masih memiliki cukup likuiditas untuk mengantisipasi pertumbuhan kredit di kuartal IV 2019.
Corporate Secretary BJB Muhammad Asadi Budiman menyebut hal ini bisa tercermin dari posisi rasio intermediasi makroprudensial (RIM) BJB yang longgar sebesar 83%-84% per Oktober 2019.
Melihat laporan keuangan BJB di kuartal III 2019 posisi secondary reserve BJB relatif stabil di posisi Rp 24,01 triliun, hanya naik 1,7% dari posisi tahun lalu Rp 23,6 triliun.
Meski begitu, total penempatan dana BJB di surat berharga mencapai Rp 9,41 triliun atau naik 21,58% yoy per September 2019.
"Likuiditas kami masih sangat longgar, tidak ada isu dari sisi penyediaan," katanya.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan bahwa pihaknya memang sengaja menempatkan dana di surat berharga sebagai cadangan likuiditas bank.
Baca Juga: Dana asing yang sudah masuk pasar domestik sebesar Rp 226,7 triliun per 7 November
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha bilang, cadangan surat berharga pemerintah saat ini sudah berada di atas rasio GWM dan penyangga likuiditas makroprudensial (PLM).
"Sehingga dapat digunakan sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan dana melalui kebijakan repo Bank Indonesia (BI), jika ada kebutuhan likuiditas di akhir tahun," ujar Ferdian.
Catatan saja, per kuartal III 2019 lalu total dana Bank Jatim di surat berharga sudah mencapai Rp 17 triliun. Jumlah tersebut meningkat 39,77% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News