kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Penempatan dana bank di surat berharga masih tinggi, untuk apa?


Senin, 11 November 2019 / 18:41 WIB
Penempatan dana bank di surat berharga masih tinggi, untuk apa?
ILUSTRASI. Ilustrasi foto Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/15/09/2019


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penempatan dana perbankan di surat berharga sampai dengan awal November 2019 masih terbilang tinggi. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) sampai dengan 7 November 2019 total kepemilikan bank terhadap surat berharga negara (SBN) sudah mencapai Rp 687,28 triliun.

Jumlah tersebut merupakan yang paling tinggi sepanjang tahun 2019. Angka tersebut melampaui penempatan dana bank di SBN periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 643,31 triliun. 
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2019 lalu tercatat total penempatan dana bank di surat berharga sudah menembus Rp 1.054,18 triliun atau naik 6,8% secara year on year (yoy). Dana tersebut utamanya didominasi obligasi sebesar Rp 738,96 triliun, meningkat 12,93% yoy dari Agustus 2018.

Meski begitu, sejumlah bankir sepakat bahwa kenaikan tersebut bersifat wajar. 

Baca Juga: Hingga September, penerimaan BI sudah lampaui target ATBI 2019

Direktur Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso menjelaskan penempatan surat berharga tersebut merupakan upaya bank untuk memenuhi secondary reserve. Ia juga menjabarkan bahwa per Oktober 2019, total penempatan dana BTN di surat berharga tercatat sebesar Rp 18,8 triliun atau naik Rp 4,4 triliun jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Meski begitu, pihaknya mengaku dari sisi likuiditas BTN masih memiliki cukup pendanaan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi sampai akhir tahun. Lagipula, saat ini pihaknya memang tengah fokus dalam perbaikan kualitas kredit, artinya BTN belum terlalu kencang menyalurkan kredit di akhir tahun.

Catatan saja, hingga Oktober 2019, pertumbuhan kredit BTN sedikit menurun menjadi 13,55% yoy. Lebih rendah dibanding kredit per September 2019 (bulanan) yang naik 16,6% yoy. 

Lebih lanjut, untuk menjaga likuiditas BTN juga masih punya beberapa opsi pendanaan di akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020. "BTN berencana melakukan sekuritisasi aset pada bulan ini sebesar Rp 2 triliun dan menerbitkan junior global bond awal tahun 2020," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/11).

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) mengatakan pihaknya masih memiliki cukup likuiditas untuk mengantisipasi pertumbuhan kredit di kuartal IV 2019. 

Corporate Secretary BJB Muhammad Asadi Budiman menyebut hal ini bisa tercermin dari posisi rasio intermediasi makroprudensial (RIM) BJB yang longgar sebesar 83%-84% per Oktober 2019.

Melihat laporan keuangan BJB di kuartal III 2019 posisi secondary reserve BJB relatif stabil di posisi Rp 24,01 triliun, hanya naik 1,7% dari posisi tahun lalu Rp 23,6 triliun.

Meski begitu, total penempatan dana BJB di surat berharga mencapai Rp 9,41 triliun atau naik 21,58% yoy per September 2019. 

"Likuiditas kami masih sangat longgar, tidak ada isu dari sisi penyediaan," katanya.

Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) mengatakan bahwa pihaknya memang sengaja menempatkan dana di surat berharga sebagai cadangan likuiditas bank. 

Baca Juga: Dana asing yang sudah masuk pasar domestik sebesar Rp 226,7 triliun per 7 November

Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha bilang, cadangan surat berharga pemerintah saat ini sudah berada di atas rasio GWM dan penyangga likuiditas makroprudensial (PLM). 

"Sehingga dapat digunakan sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan dana melalui kebijakan repo Bank Indonesia (BI), jika ada kebutuhan likuiditas di akhir tahun," ujar Ferdian.

Catatan saja, per kuartal III 2019 lalu total dana Bank Jatim di surat berharga sudah mencapai Rp 17 triliun. Jumlah tersebut meningkat 39,77% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×