Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ajakan tarik dana di bank-bank BUMN akibat keberadaan Danantara marak terjadi di media sosial. Hal tersebut dinilai oleh para pengamat merupakan kampanye gelap yang bisa merugikan perekonomian nasional.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah mengungkapkan keberadaan Danantara tidak ada hubungannya dengan kinerja bank pelat merah. Di sisi lain, bank-bank tersebut memiliki kinerja yang baik.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Apalagi mereka juga dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)," kata Piter kepada wartawan, Sabtu (22/2).
Piter menambahkan, ajakan penarikan dana tersebut harus dikoreksi karena berpotensi juga merugikan masyarakat kelas bawah. Ditambah akibat dari ajakan tarik dana itu juga bisa berpengaruh ke bank kecil yang akan terkena dampak negatif.
Baca Juga: Ekonom: Efek Salah Pilih Nakhoda Danantara Bisa Bikin Koreksi Saham BUMN dan Rupiah
“Pada ujungnya membahayakan perekonomian secara keseluruhan," imbuh Piter.
Menurutnya, apabila ada bank-bank lain yang memanfaatkan isu ajakan menarik dana ini untuk kepentingan bank mereka, hal tersebut bisa menimbulkan dampak yang sistemik.
Sependapat, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpandangan kalau isu tersebut sengaja ditebar merupakan kampanye gelap.
“Kalau memang tidak sesuai kenyataan ya black campaign jatuhnya. Itu tidak baik bagi kesehatan industri,” ujar Huda.
Huda menambahkan jika yang terjadi adalah banknya tidak mengalami masalah, namun ada isu rush money, secara makro akan membuat bank menawarkan bunga pengembalian yang tinggi.
Tentunya, langkah tersebut akan diikuti oleh bank lain sehingga terjadi perang suku bunga tabungan atau deposito.
“Akibatnya adalah bunga kredit juga akan meningkat. Perekonomian tidak akan berjalan efisien,” tandasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Bisa Terhambat Jika Alokasi Efisiensi Anggaran Tak Tepat Sasaran
Sebagai informasi, bank-bank BUMN yang terdiri dari BRI, Mandiri, BNI, dan BTN telah mengumumkan kinerja keuangan tahun 2024 dan menunjukkan kinerja yang sangat solid. Hal tersebut tercermin dari capaian kinerja keuangan yang diantaranya adalah kemampuan mencetak laba, pertumbuhan Kredit yang sehat, serta peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Berdasarkan laporan kinerja keuangan konsolidasian tahun 2024, bank-bank BUMN ini berhasil mencatatkan laba positif. Di antaranya BRI yang berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 60,64 triliun, Mandiri sebesar Rp 55,78 triliun, BNI sebesar Rp 21,5 triliun dan BTN mencetak laba sebesar Rp 3 triliun.
Dari sisi kredit, bank-bank tersebut berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit positif di berbagai segmen, di antaranya BRI menyalurkan kredit sebesar Rp 1.354,64 triliun, tumbuh 6,97% YoY, dengan 81,97% disalurkan kepada segmen UMKM.
Bank Mandiri mencatatkan total penyaluran kredit konsolidasi sebesar Rp 1.670,55 triliun atau meningkat 19,5% YoY, dengan segmen wholesale sebagai motor utama pertumbuhan.
Selanjutnya, BNI membukukan pertumbuhan kredit 11,6% YoY menjadi Rp 775,87 triliun, seiring dengan pemulihan ekonomi nasional dan ekspansi kredit yang prudent. Terakhir, BTN mencatatkan pertumbuhan kredit 7,3% YoY, dari Rp333,69 triliun menjadi Rp357,97 triliun, dengan mayoritas kredit berasal dari segmen KPR, baik subsidi maupun non-subsidi.
Peningkatan kredit tersebut juga didukung oleh likuiditas yang memadai, dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang positif di seluruh bank Himbara.
Baca Juga: JP Morgan Angkat Bicara Terkait Kehadiran Danantara
BRI berhasil menghimpun simpanan sebesar Rp1.365,45 triliun, dengan CASA mencapai 67,30% atau Rp918,98 triliun. Bank Mandiri mencatatkan simpanan sebesar Rp1.699 triliun, tumbuh 7,73% YoY, dengan CASA mendominasi 80,3% dari total DPK.
BNI pun juga terus memperkuat basis pendanaannya, terutama dari segmen Tabungan ritel. Tercatat, tabungan BNI tumbuh sebesar 11% secara tahunan, dari Rp232 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp258 triliun pada tahun 2024.
Demikian juga dengan BTN yang membukukan pertumbuhan DPK 9,1% YoY, dari Rp349,93 triliun menjadi Rp381,67 triliun, dengan rasio CASA sebesar 54,1%.
Selanjutnya: Cek di Sini! Penerimaan Bansos BLT BBM 2025 Secara Online dan Offline
Menarik Dibaca: Cek di Sini! Penerimaan Bansos BLT BBM 2025 Secara Online dan Offline
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News