kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Pengamat Ingatkan Realisasi Penyaluran Kredit dari Dana SAL Tidak Tepat Sasaran


Senin, 13 Oktober 2025 / 16:42 WIB
Pengamat Ingatkan Realisasi Penyaluran Kredit dari Dana SAL Tidak Tepat Sasaran
ILUSTRASI. Direktur Utama Bank Tabungan Negara Nixon LP Napitupulu (tengah) bersama Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan (kiri) berbincang dengan nasabah usai peresmian gedung baru BTN KC Kupang, Nusa Tenggara Timur (9/7/2025). BTN memperkuat ekspansi bisnis dan pembiayaan perumahan di Indonesia Timur, sejalan dengan tingginya angka kebutuhan rumah serta potensi pertumbuhan sektor konstruksi dan real estat yang signifikan di NTT. Per Maret 2025, BTN Kupang yang memiliki 38 ribu nasabah telah menyalurkan kredit senilai Rp 819 miliar atau tumbuh 4,44% dan perolehan laba sekitar Rp 8 miliar atau melesat 53,97% secara tahunan. (Foto Dok. BTN)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum sebulan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) di bank-bank milik Danantara, realisasinya memang terbilang cukup cepat. Pasalnya, hingga 30 September 2025, mayoritas bank-bank ini bisa melakukan penyerapan dana lebih dari 50% untuk disalurkan menjadi kredit.

Secara rinci, penyerapan tertinggi untuk dana SAL ini dicatatkan oleh PT Bank Mandiri Tbk dengan mencapai 74% atau senilai Rp 40,6 triliun. Selanjutnya, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang sudah menggunakan dana Rp 33,9 triliun atau setara 62% dari dana yang ditempatkan.

Selanjutnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang telah menyerap dana 55% atau senilai Rp 5,5 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang serapannya sudah 50% atau setara dengan nilai Rp 27,6 triliun.

Terakhir, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang serapannya paling mini dan di bawah 50%. Tepatnya, penyerapannya hanya Rp 4,8 triliun atau setara 19% dari total dana yang diberikan.

Baca Juga: Penyerapan Dana SAL BTN Masih Rendah, Ini Respon Menkeu Purbaya

Meski demikian, realisasi yang cepat rasa-rasanya perlu dilihat lebih lanjut. Pasalnya, ada potensi penyaluran kreditnya tak benar-benar diberikan kepada debitur yang membutuhkan.

Pengamat sekaligus Owner PT Bejana Investidata Globalindo, Yanuar Rizky bilang ada potensi memang bahwa dana tersebut disalurkan ke debitur yang bisa membantu bank untuk mendapat dana tersebut.

“Kalau debitur menolong pasti ada harganya kan?” ujar Yanuar, Senin (13/10/2025).

Lebih lanjut, ia bilang bahwa bank yang dapat penempatan dana SAL, menyadari karakteristik deposit on call pemerintah akan punya pola ditarik sewaktu-waktu. Alhasil, hanya bisa disalurkan ke kredit modal kerja jangka pendek juga, bukan kredit investasi yang menggerakan sektor riil.

Di sisi lain, Yanuar bilang penyaluran kredit dari dana SAL juga menjadi kesempatan bagi bank-bank pelat merah untuk melakukan window dressing. Mengingat, saat ini sudah memasuki kuartal akhir 2025.

“Jadi, masalah mendasarnya kan tidak diperbaiki, yaitu turunnya kualitas aset produktif mengurangi laba ditahan, jadi seberapa kuat ditambal terus dikasih dana, di saat pemerintah juga punya masalah cash flow,” tambahnya.

Baca Juga: Serapan Dana SAL Mini, BTN Jelaskan Perbedaan Dengan Bank Milik Danantara Lainnya

Sementara itu, Moch Amin Nurdin, Advisor Banking & Finance Development Center (BFDC) bilang bankir tentu memiliki strategi untuk bisa menyerap dana SAL ini. Di mana, salah satu strateginya adalah menyalurkan kredit ke nasabah-nasabah eksisting.

“Kalau ke debitur baru susah karena risikonya tinggi,” tambahnya.

Ia pun menyarankan sejatinya Menkeu Purbaya untuk tidak buru-buru melakukan penarikan dana yang ditempatkan di bank pelat merah ini. Harapannya, bisa diberikan kesempatan pada tahun depan.

Amin melihat jika dilanjutkan ke tahun depan, para bankir ini bisa menyesuaikan dengan rencana bisnis 2026. Alhasil, kredit yang disalurkan bisa tepat sasaran.

Corporate Secretary BTN Ramon Armando menjelaskan bahwa BTN memilki perbedaan dengan kredit yang umumnya disalurkan bank-bank himbara lainnya. Alasannya, BTN memiliki mayoritas portofolio yang bersifat khusus yaitu kredit perumahan, terutama KPR.

Baca Juga: Purbaya Bakal Alihkan Sisa Dana SAL Ke Bank Daerah, Apabila Tidak Tersalurkan Semua

Nah, ia bilang  KPR memiliki proses yang lebih kompleks dibandingkan kredit pada umumnya, yaitu mulai dari tahap verifikasi hingga persetujuan kredit. Selain itu, dengan mayoritas portofolio kreditnya ditujukan untuk ritel atau nasabah individual, maka plafonnya kecil.

“Berbeda dibandingkan bank-bank lain yang mengandalkan kredit korporasi, yang plafonnya jauh lebih besar, yaitu ratusan miliar hingga triliunan rupiah untuk per satu debitur,” ujar Ramon kepada KONTAN, Senin (13/10/2025).

Ia pun tetap optimistis BTN akan mampu menyerap secara optimal hingga Desember 2025 seperti yang telah diproyeksikan sebelumnya. Optimisme BTN didasari atas adanya pipeline kredit yang telah tersedia di BTN.

“Kami siap untuk mendapatkan pencairan sesuai yang telah dijadwalkan,” tandasnya.

Baca Juga: Bahas Penyerapan Dana SAL yang Lambat, Purbaya Mau Ketemu Direksi BTN

Selanjutnya: Ancaman Tarif Trump Bawa Emas ke Level Baru, Ada Potensi ke Level US$ 4.200

Menarik Dibaca: Rohto Bagi-Bagi Kacamata Gratis di Sekolah, dari Tangerang sampai Lampung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×