Reporter: Dina Farisah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah meraih kepercayaan dari lembaga keuangan. Dus, nilai penjaminan Askrindo Syariah pun semakin membesar.
Presiden Direktur PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah, Pribadi menuturkan, hingga Juli 2015, nilai penjaminan Askrindo Syariah tercatat sebanyak Rp 5,6 triliun. Jumlah itu meningkat meningkat dari posisi akhir 2014 yang sebesar Rp 3,8 triliun.
Dari total penjaminan itu, 80% diantaranya dari penjaminan pembiayaan. Sisanya, penjaminan transaksi perdagangan 15% dan 5% penjaminan bank garansi.
"Dari tiga produk penjaminan, terdapat 50 turunan produk yang kami jamin. Saat ini mayoritas penjaminan masih dari perbankan," kata Pribadi, Selasa (18/8). Dia bilang, pihaknya menargetkan nilai penjaminan hingga akhir tahun sebesar Rp 8 triliun.
Dari penjaminan itu, Askrindo Syariah berharap mengantongi laba bersih Rp 24 miliar hingga akhir 2-15. Sampai Juli 2015, laba perusahaan ini baru sebesar Rp 14 miliar.
Anak usaha PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) ini telah membukukan premi Rp 55 miliar-Rp 56 miliar hingga Juni 2015. Sementara proyeksi perolehan premi penjaminan akhir tahun sekitar Rp 90 miliar-Rp 100 miliar.
Adapun, klaim per Juni 2015 tercatat Rp 4 miliar. Hingga akhir 2015, Askrindo Syariah memperkirakan klaim sebanyak Rp 12 miliar.
Saat ini, fee penjaminan Askrindo Syariah terbagi menjadi dua. Pertama, fee penjaminan pembiayaan produktif dengan besaran antara 1%-1,3% per tahun. Kedua, fee penjaminan pembiayaan konsumtif dengan kisaran 0,3%-0,7% per tahun. Menurut Pribadi, fee penjaminan pembiayaan konsumtif dipatok lebih kecil karena risiko terukur.
Untuk mitigasi risiko, penjaminan yang dilakukan Askrindo Syariah diasuransikan kembali (regaransi) ke beberapa perusahaan. Diantaranya ke PT Askrindo, PT Asuransi Asei Indonesia, PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) dan PT Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre).
Meivyta Husman, Direktur Operasional Askrindo Syariah menambahkan, pihaknya tengah menjajaki tujuh mitra baru. Tiga diantaranya dari perbankan, satu dari Balai Usaha Mandiri Terpadu (BMT), dua koperasi syariah dan satu BPR Syariah. Ini diharapkan bisa menambah penjaminan hingga Rp 700 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News