Reporter: Roy Franedya |
JAKARTA. Para bankir menuruti permintaan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga kredit pada tahun ini. Buktinya, sudah ada beberapa bank yang menurunkan suku bunga kreditnya hingga 200 basis poin (bps).
Salah satunya adalah Bank BNI Tbk. Bank milik pemerintah ini berhasil menurunkan suku bunga kreditnya rata-rata sebesar 150-200 bps pada semua jenis kredit. Penurunan tertinggi terdapat pada kredit konsumsi yang sudah mencapai 200 bps. Saat ini rata-rata suku bunga kredit bank BNI 12,5%-14%.
Vice President Public Relation dan Investor Relations Bank BNI Ryan Kiryanto mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan suku bunga kredit di BNI. Pertama, penurunan BI rate dari 9% menjadi 6,5% pada pertengahan tahun lalu. "Penurunan BI rate telah memaksa bank untuk menurunkan suku bunga kreditnya. Penurunan di BNI dilakukan secara bertahap," ujarnya, (1/12).
Kedua, keberhasilan BNI untuk menurunkan cost of fund (biaya dana) dan adanya mekanisme pasar yang memaksa setiap bank untuk menurunkan suku bunga kredit. "Kalau bank memiliki suku bunga tinggi maka bank tidak kompetitif dan tak ada yang menggunakan kreditnya," tambahnya.
Informasi saja, saat ini 65% kredit BNI merupakan kredit produktif dan 35% kredit konsumsi. Tahun ini Pertumbuhan kredit BNI diperkirakan hanya sebesar Rp 130 triliun, naik sedikit dari tahun 2009 yang mencapai Rp 120 triliun. "Kami juga bisa memberikan bunga kredit 11% kepada debitur yang prospek usaha bagus dan risikonya rendah," pungkas Ryan.
Bank lainnya yang juga sudah menurunkan suku bunga kredit adalah Bank OCBC NISP. Bank milik investor Singapura ini sudah menurunkan suku bunga kreditnya 100-200 bps. saat kisaran kredit NISP mencapai 11-12%.
Direktur OCBC NISP Rudy N Hamdani penurunan suku bunga kredit dikarenakan adanya penurunan suku bunga deposito di OCBC NISP dari 9% menjadi 6,5%. "Penurunan bunga deposito diikuti penurunan suku bunga kredit karena dengan bunga kecil maka cost of fund kami lebih murah," ujarnya.
Rudi bilang penurunan bunga tertinggi terjadi jenis kredit konsumer. Saat ini sebesar 65% kredit NISP adalah kredit konsumer dan 35% kredit kredit modal kerja dan kredit investasi. "Contohnya kredit KPR kami sudah turunkan dari 13%-14% menjadi 10-11%," tuturnya. Tahun depan NISP menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 25-30%.
Berdasarkan Operasi Pasar Terbuka yang dilakukan Bank Indonesia, pekan keempat November 2010, suku bunga efektif rupiah per jenis penggunaan industri perbankan mengalami penurunan dimana penurunan tertinggi terjadi pada kredit Konsumsi efektif sebesar 22 bps. Sedangkan suku bunga kredit efektif valas pergerakannya lebih bervariasi, dimana suku bunga kredit modal kerja efektif turun 3 bps sedangkan Kredit Investasi efektif naik 2 bps. Sementara itu, suku bunga Kredit Konsumer efektif rupiah lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga Kredit Modal Kerja efektif dan Kredit Investasi efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News