Reporter: Nina Dwiantika, Christine Novita Nababan, Anna Suci Perwitasari, Nurul Kolbi | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rata-rata bank papan atas mengumumkan kenaikan laba bersih fantantis sepanjang semester I-2012. Bank Mandiri mencicipi laba sebesar Rp 7,1 triliun, Bank Central Asia (BCA) senilai Rp 5,29 triliun dan Bank BNI meraup laba sebesar Rp 3,29 triliun. Jika dijumlahkan laba Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp 8,8 triliun, keempat bank terbesar ini meraih total untung hingga Rp 24,5 triliun.
Pencapaian keempat bank ini meninggalkan jauh para pesaing mereka. Kompetitor terdekat, Bank Danamon dan Bank CIMB Niaga, hanya meraup laba di Rp 1,9 triliun - Rp 2 triliun. Sedangkan Bank Internasional Indonesia (BII) dan Bank Permata, yang sama-sama memiliki aset di atas Rp 100 triliun, mencatatkan perolehan laba di bawah Rp 1 triliun (lihat infografis).
Dari sisi kemampuan mendulang untung, Bank Permata dan BII masih kalah dibandingkan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Bank spesialis kredit mikro ini hanya beraset Rp 52 triliun tapi laba bersihnya menembus Rp 920 miliar.
Akumulasi laba 9 bank terbesar di negeri ini mencapai Rp 29,76 triliun. Dibandingkan total laba bank umum hingga akhir Mei 2012 senilai Rp 36,35 triliun, laba bank besar tersebut berkontribusi 81%.
Sekadar informasi, Bank Indonesia (BI) baru merilis data statistik Juni 2012 pada Agustus mendatang. Bank besar lain, Bank Tabungan Negara (BTN), belum mempublikasikan laporan.
Pencapaian kinerja bank lantaran banyak faktor. Bank Mandiri dan BCA misalnya, tertopang pertumbuhan kredit. Kedua bank ini agresif menggenjot kredit demi mengerek rasio loan to deposit ratio (LDR).
Penyaluran kredit BCA melonjak 41,5% menjadi Rp 226 triliun sedangkan kredit Mandiri tumbuh 26,6% menjadi Rp 350 triliun. BNI dan BRI hanya mencatatkan kenaikan kredit 17,4% dan 14%, jauh di bawah rerata pertumbuhan industri per Juni 2012 sebesar 28%.
Penopang kredit BCA tertolong lonjakan kredit konsumer, terutama kredit pemilikan rumah (KPR). Promo bunga KPR rendah selama lima tahun pertama terbukti efektif mengerek permintaan.
Kredit konsumer BCA tumbuh di atas 50% atau menjadi Rp 60 triliun. KPR berkontribusi Rp 36,5 triliun atau sekitar 60% dari total kredit konsumer. Kredit kendaraan dan kartu kredit masing-masing menyumbang Rp 18 triliun dan Rp 5 triliun. "KPR mencatat kenaikan tertinggi, yaitu 73,5% (year on year)," ujar Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Senin (30/7). Lini usaha konsumer ini berkontribusi 25% - 27% dari total kredit BCA.
Namun, Jahja memprediksi, kinerja kinclong lini konsumer ini tak akan terulang di semester II-2012. Aturan loan to value mulai berdampak, terutama pada kredit kendaraan. Segmen ini bisa menurun 10% -15%. Sedangkan KPR menunjukkan penurunan pengajuan aplikasi hingga 30% selama sebulan terakhir. "Ke depan kredit korporat menjadi tumpuan, ini sejalan dengan siklus bisnis," katanya.
KPR juga menjadi penyelamat BNI. Gatot Suwondo, Direktur Utama BNI, menjelaskan, produk BNI Griya tumbuh 46,7% menjadi Rp 21,6 triliun. Alhasil kredit konsumer ikut meningkat 30,7%.
Berbeda dengan BNI dan BCA, Bank Mandiri bertumpu pada kredit mikro dan UMKM. Kredit mikro tumbuh 77,2% menjadi Rp 15,1 triliun dan sektor kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tumbuh 33,6% menjadi Rp 47,6 triliun. Tentu porsi kredit segmen ini terlihat kecil dibandingkan total kredit yang mencapai Rp 350 triliun.
Direktur Keuangan dan Strategi Mandiri, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan melihat perkembangan kredit, perseroan mengubah rencana bisnis bank (RBB). Target kredit naik menjadi 22%-24% dari sebelumnya 20%-22%. "Semester satu 2012, penyaluran kredit kami sudah 29%, maka kami merevisi penyaluran kredit," kata Pahala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News