Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menjalankan fungsi intermediasinya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim industri perbankan telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengembangan industri kelapa sawit Indonesia.
Hal ini terlihat dari porsi penyaluran kredit terkait industri kelapa sawait sebesar 5,96% dari total penyaluran kredit hingga September 2022. Secara nominal, penyaluran kredit untuk industri crude palm oil (CPO) ini mencapai Rp 374,1 triliun di sembilan bulan pertama 2022.
“Dalam tiga tahun terakhir, nominal kredit CPO yang disalurkan oleh industri perbankan terus menunjukkan peningkatan meskipun secara pertumbuhan cenderung berfluktuasi. Adapun kredit komoditas CPO mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 12,72% year on year (yoy) per September 2022,” mengutip Laporan Profil Industri Perbankan OJK kuartal IV pada Rabu (4/1).
Baca Juga: LPS Perkirakan Penyaluran Kredit 2023 Lebih Selektif, DPK Tumbuh Lebih Lambat
Peningkatan kredit CPO ini sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana bagi pelaku usaha. Seiring mulai kembali pulihnya bisnis dan kenaikan biaya produksi akibat melambungnya harga pupuk non-subsidi karena adanya pembatasan ekspor bahan baku yang dilakukan Rusia dan Tiongkok.
Adapun porsi penyaluran kredit komoditas CPO oleh perbankan didominasi oleh kelompok bank KBMI 4 khususnya pada bank BUMN yaitu sebesar 60,12% atau secara nominal mencapai Rp 224,89 triliun. Kemudian pada bank BUSN (domestik) dengan porsi 14,28% atau sebesar Rp 53,40 triliun.
“Besarnya porsi penyaluran kredit oleh kelompok BUMN tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah melalui Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) yang siap untuk mendukung penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian khususnya pada delapan klaster,” tambah laporan itu.
Klaster tersebut diantaranya klaster padi, klaster jagung, klaster sawit, klaster tebu, klaster jeruk, klaster tanaman hias, klaster kopi, dan klaster porang.
Baca Juga: Inilah Saham Jagoan di Tahun Depan
Jika ditinjau berdasarkan kelompok kepemilikan usaha, penyaluran kredit CPO didominasi oleh Swasta Non Lembaga Keuangan (Swasta Non-LK) dengan porsi 71,99% atau setara dengan Rp 269,31 triliun per September 2022.
Tingginya porsi penyaluran kredit kepada kelompok Swasta Non-LK sejalan dengan lahan perkebunan sawit nasional yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan swasta besar.
Kelompok debitur kredit CPO terbesar kedua yaitu perseorangan yang mencakup petani kelapa sawit rakyat dengan porsi 18,61% atau setara dengan Rp69,63 triliun.
Sebagai salah satu komoditas agribisnis yang berorientasi ekspor, pada umumnya petani kelapa sawit rakyat masih menghadapi keterbatasan akses untuk memperoleh pinjaman dari lembaga jasa keuangan. Baik bank maupun non bank seperti yang dinikmati perusahaan-perusahaan swasta besar.
Kontribusi subsektor terkait komoditas CPO di Indonesia cukup besar perannya terhadap perekonomian Indonesia baik dari subsektor yang terdapat di hulu (upstream) maupun hilir (downstream). Sektor terkait CPO tersebut meliputi sektor pertanian, industri pengolahan, serta perdagangan besar dan eceran.
Baca Juga: BCA Targetkan Kredit Tumbuh 12% Tahun 2023
Pada sektor pertanian mencakup subsektor perkebunan sawit, pada sektor industri pengolahan meliputi subsektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah. Kemudian, pada sektor perdagangan meliputi subsektor perdagangan dalam negeri minyak kelapa sawit, serta perdagangan kelapa dan kelapa Sawit.
“Berdasarkan data September 2022, penyaluran kredit subsektor komoditas CPO masih terkonsentrasi di sisi hulu yaitu pada subsektor perkebunan kelapa sawit dengan porsi 73,45% atau setara dengan Rp274,76 triliun,” pungkas laporan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News