kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penyaluran kredit sindikasi turun 23% hingga pertengahan Oktober 2021


Selasa, 19 Oktober 2021 / 16:10 WIB
Penyaluran kredit sindikasi turun 23% hingga pertengahan Oktober 2021
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang BRI, Tangerang Selatan, Jumat (23/10/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan para investor atau perusahaan untuk melakukan investasi besar tampaknya masih belum banyak di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum  berakhir. Hal itu tercermin dari pembiayaan sindikasi yang masih lesu hingga pertengahan Oktober 2021. 

Berdasarkan Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kesepakatan kredit sindikasi hingga 18 Oktober 2021 baru mencapai US$ 14,83 miliar. Itu turun 23% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 19,27 miliar.

PT Bank Mandiri Tbk tercatat sebagai bank yang paling banyak berpartisipasi dalam pembiyaan sindikasi dalam sembilan setengah bulan terakhir. Dari mandated lead arranger, partisipasi bank pelat merah ini mencapai US$ 2,72 miliar atau masih naik 2,2% dari US$ 2,66 miliar di periode yang sama tahun 2020. 

Lalu disusul PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dengan capaian US$ 1,9 miliar. Capaian BNI ini menurun 44% dari periode yang sama sebelumnya  US$ 3,39 miliar. 

Baca Juga: ​2 Cara setor tunai di ATM BCA, tanpa kartu dan dengan kartu

Selanjutnya, ada Sumitomo  Mitsui Financial dengan capaian US$ 1,23 miliar atau naik 66% secara year on year (YoY),  PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) US$ 878,24 juta atau turun 33,6% dari US$ 1,32 miliar, DBS Group US$ 690,9 juta atau turun 43%, HSBC US$ 654,97 juta, Mitsubishi UFJ US$ 593 juta, CIMB Niaga US$ 580 juta atau naik 8% YoY dan dan BCA US$ 492,3 juta atau turun 5,1% YoY.

Adapun proyek sindikasi yang dibiayai Bank Mandiri diantaranya Pertamina Internasional Shipping, PT Pelita Agung Agriindustri,  Greenfield,  Freeport, Centratama, Inalum, PLN, Pertamina Geothermal Energy, Telkom, Agro Multi Persada, Celebes Railway Indonesia, Adaro, Pelindo I, Chandra Sakti Utama Leasing, Halmahera Persada  Lygend,  Indomobil Finance dan Seino Indomobil Logistics. 

Selain itu, Bank Mandiri juga berpartisipasi dalam sindikasi di sejumlah proyek tol seperti Wika Serang Panimbang, Marga Mandala Sakti, Antam, Lintas Marga Sedaya, Trans Bumi Serbaraja, PP Semarang Demak, Jasamarga Kunciran Cengkareng, dan Cinere Serpong Jaya.

Adapun BNI ikut dalam pembiayaan sindikasi  Pertamina Internasional Shipping, PT Pelita Agung Agriindustri, Centratama, Inalum, PLN, Telkom, Adaro, Pelindo I, Halmahera Persada Lygend, serta sejumlah jalan tol seperti Pejagan- Pemalang, LSM, Semarang-Demak, Kunciran-Cengkareng, dan Cinere-Serpong.  

Sedangkan BRI berpartisipasi dalam proyek Pelita Agung Agriindustri, Freeport Indonesia, PLN, Adaro dan Pelindo I. 

Baca Juga: CIMB Niaga targetkan bisa salurkan kredit UMKM senilai Rp 50 miliar lewat Batumbu

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, penurunan pembiayaan sindikasi ini masih terkait dengan dampak pandemi Covid-19.

Sebagian besar proyek-proyek yang membutuhkan kredit sindikasi memang terkait dengan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. "Sementara tahun ini, anggaran banyak terserap untuk penanganan Covid-19," kata Trioksa pada Kontan.co.id, Selasa (19/10).

Namun, dia memperkirakan pembiayaan sindikasi berpotensi naik kembali tahun depan seiring dengan melandainya kasus Covid-19 dan pelonggaran mobilitas yang akan berdampak pada bergairahnya kembali kondisi ekonomi.

Aestika Oryza Gunarto mengatakan, pihaknya melihat bahwa prospek pembiayaan sindikasi masih cukup besar seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. 

"Sampai dengan akhir tahun 2021 terdapat 4 pipeline yang saat ini menjadi prioritas BRI untuk diselesaikan. Itu berasal dari sektor mining, agribisnis, dan infrastruktur," kata Aestika.

BRI masih mengupayakan untuk menyelesaikan seluruh proyek atas pembiayaan sindikasi baru sampai akhir tahun 2021 untuk mencapai target kredit sindikasi tumbuh positif.

Dia menambahkan, kualitas kredit sindikasi BRI sejauh ini masih cukup terjaga dengan baik didukung dengan upaya-upaya yang bersifat preventif salah satunya adalah restrukturisasi Covid kepada beberapa proyek sindikasi yang cashflow-nya terdampak signifikan antara lain proyek infrastruktur, konstruksi dan perkebunan. 

Baca Juga: Bank Mandiri genjot transaksi tarik tunai tanpa kartu lewat Livin by Mandiri

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) juga terus berkomitmen untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melalui pengembangan infrastruktur lewat pembiayaan sindikasi. 

Hery Gunardi Direktur Utama BSI mengatakan, hingga akhir tahun BSI berencana masih menyalurkan sindikasi terutama pada Proyek Strategis Nasional (PSN). "Pembiayaan sindikasi diproyeksikan tumbuh single digit sesuai dengan target tahun 2021, yakni untuk proyek infrastruktur, agribisnis, dan energi," ujarnya. 

Namun, dia tidak merinci total keikutsertaan perseroan dalam pembiayaan sindikasi sepanjang tahun. Hery hanya menyebut pertumbuhannya sejalan dengan kenaikan pembiayaan di segmen wholesale. 

Sementara sebelumnya, BSI telah mengumumkan ikut dalam tiga pembiayaan sindikasi tahun ini yakni di proyek Tol Serang-Panimbang, Kereta Api Makassar-Pare-pare Rp 218,3 miliar, dan Jalintim Sumatera Selatan Rp 248 miliar. 

Selanjutnya: Hingga September 2021, transaksi QRIS Bank Syariah Indonesia tumbuh 447%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×