Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Animo pasar terhadap Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tetap kuat. Padahal, tingkat bunga atau imbal hasilnya mulai turun.
Dalam lelang yang digelar Jumat, tingkat imbal hasil SRBI tenor 12 bulan ditetapkan 6,98%, turun dari 7,23% pada lelang pekan sebelumnya. Ini adalah lelang pertama setelah BI rate dipangkas.
Tingkat bunga SRBI pada lelang teranyar ini merupakan pertama kalinya berada di bawah 7%, sejak lelang pekan terakhir Oktober 2024.
Baca Juga: Kendati Bunganya Terus Turun, Minat Perbankan Terhadap Instrumen SRBI Tetap Tinggi
Mengutip publikasi hasil lelang SRBI, Jumat (17/1), total penawaran yang masuk dalam lelang SRBI kemarin mencapai Rp 63,2 triliun, naik dari Rp 57,32 triliun di lelang sebelumnya.
Walau animo yang masuk besar, BI hanya melepas Rp 15 triliun, tak berbeda dengan lelang sebelumnya.
Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho membenarkan animo terhadap SRBI tetap tinggi walau bunganya cenderung turun.
Menurut dia, animo yang masih tinggi tersebut kemungkinan karena pasar khawatir perekonomian global dan lain-lain.
Namun, ia melihat pergerakan hasil lelang tak jauh berbeda walau bunga turun.
Baca Juga: Aset Dana Pensiun Tetap Mekar Meski Ramai PHK
"Artinya ada perubahan posisi kebijakan dari likuiditas ketatke likuiditas yang cair," kata Luthfi, Jumat (17/1).
Muhammad Iqbal, Direktur SME & Retail Funding Bank Tabungan Negara (BTN) mengatakan, pihaknya akan tetap menempatkan dana di SRBI meski imbal hasil mulai turun.
Alasannya, imbal hasilnya lebih menarik dari SBN. "Selain itu, BTN adalah salah satu diler utama pasar uang. Sehingga, penempatan SRBI akan terus terjaga," ujarnya.
Sementara Direktur OK Bank Efdinal Alamsyah menilai, permintaan SRBI tinggi menandakan daya tariknya masih kuat, terutama bagi bank yang mencari pengelolaan likuiditas jangka pendek dengan risiko rendah.
Baca Juga: Ancaman PHK Industri Manufaktur Tetap Tinggi Meski Investasi Terus Mengalir
Menurut Efdinal, kepemilikan bank di SRBI dominan karena instrumen ini memberikan fleksibilitas likuiditas, sekaligus jadi alternatif investasi yang kompetitif dibanding non-SRBI.
"Kepemilikan OK Bank di SRBI per Desember 2024 meningkat 20% dari November. Kepemilikan ini lebih ditujukan untuk memenuhi kewajiban GWM sekunder," jelas Efdinal.
Efdinal menekankan Bank Oke tetap memprioritaskan pemanfaatan likuiditas untuk penyaluran kredit. Sebab, kredit tak hanya memberi pendapatan bunga tapi juga pendapatan non bunga, sekaligus membuka peluang cross-selling produk bank yang lain.
Baca Juga: Minat Bank Terhadap SRBI Tetap Kuat
Kepemilikan bank di SRBI per Desember 2024 mencapai Rp 560,7 triliun. Ini setara 60% dari total SRBI yang beredar, susut dari November.
Selanjutnya: Jelang Puncak Panen, Bulog Targetkan Serap Beras Petani Hingga 1,4 Juta Ton
Menarik Dibaca: Cek Apa Saja Kebiasaan dan Sifat Genetik yang Diwariskan Ibu & Ayah ke Anaknya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News