Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali awal pekan ini, pergerakan harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengungguli saham big banks lainnya. Pasalnya, hanya BBRI saja yang menghijau ketika lainnya mengalami koreksi.
Hingga akhir perdagangan sesi pertama (7/7), BBRI ditutup menguat sekitar 0,82% dari harga penutupan akhir pekan lalu. Kini, BBRI dibanderol dengan harga Rp 3.700 per saham.
Meski demikian, jika dilihat dalam sebulan terakhir, harga BBRI memang yang paling terperosok di antara big banks lainnya. Saham emiten yang dikenal sebagai banknya wong cilik ini sudah turun hingga 10% dalam periode sebulan.
Sementara itu, penurunan paling besar di perdagangan sesi pertama ini dialami oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Di mana, BBNI turun hingga 0,75% dari hari perdagangan sebelumnya menjadi Rp 3.970 per saham.
Baca Juga: IHSG Bergerak Fluktuatif di Awal Pekan (7/7), Pasar Cermati Kepastian Tarif AS
Selanjutnya, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang turun 0,42% menjadi Rp 4.720 per saham dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menyusul dengan penurunan 0,29% menjadi Rp 8.625 per saham dan
Adapun, BBRI memang kembali mendapatkan kepercayaan dari investor dengan adanya rekomendasi beli dari para analis.
Mengutip Bloomberg, dari total 37 analis sebanyak 31 analis atau 84% diantaranya merekomendasikan beli, dengan target harga rata-rata 12 bulan ke depan sebesar Rp 4.703,61 per saham.
Dengan demikian, jika dibandingkan dengan harga perdagangan sesi pertama ini di level Rp 3.700 per saham, maka saham bank pelat merah ini akan memberikan potensi imbal hasil sekitar 27,1%.
Dalam proyeksi terbaru untuk tahun fiskal 2025, Analis Trimegah Sekuritas Jonathan Gunawan mengungkapkan meski diperkirakan ada penurunan laba bersih di BRI, pemulihan akan terlihat pada separuh kedua tahun ini.
Ia melihat pemerintah melalui program strategis seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan memberikan dampak struktural terhadap likuiditas di pasar massal, khususnya segmen UMKM.
“Kami memperkirakan transfer likuiditas ke pasar massal akan mulai terlihat pada paruh kedua 2025, didorong oleh skala besar program pemerintah seperti Program Makan Gratis,” tulis Jonathan.
Jonathan menambahkan bahwa program ini dapat mempersempit kesenjangan pertumbuhan dana pihak ketiga antara segmen korporasi dan UMKM. Bahkan, diperkirakan likuiditas tambahan yang disuntikkan ke ekonomi dapat mencapai Rp 342 triliun, atau setara dengan 22,8% dari total pinjaman UMKM industri per April 2025.
“Kami mempertahankan rekomendasi beli untuk BBRI dengan target harga Rp 5.400”, tulisnya.
Selanjutnya: Indonesia Masuk BRICS: Langkah Strategis Presiden Prabowo di Kancah Global
Menarik Dibaca: Simak Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok Selasa, 8 Juli 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News