Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Aset itu berkembang dari dua faktor, pertama DPK (dana pihak ketiga) dan laba," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (14/10).
Nah, menurut Jahja sampai saat ini pertumbuhan DPK secara industri masih terbilang seret. Walau sudah mengalami perbaikan dibandingkan pertengahan tahun 2019.
Dus, BCA memandang pada akhir tahun ini aset BCA hanya akan tumbuh satu digit saja. "Rasanya kalau total aset tumbuh double digit, berat juga," lanjutnya.
Sampai saat ini pertumbuhan aset di BCA masih di kisaran 7%.
Ruang peningkatannya menurut Jahja bisa mencapai 9%, maksimal 10% di akhir tahun. Tentunya dengan asumsi pertumbuhan kredit berada pada level yang seimbang.
Baca Juga: Mari menguji resep BI dan pemerintah mengatasi rupiah
Lagipula, dibandingkan dengan perbankan pada umumnya, jumlah DPK BCA masih relatif tebal, terbukti dari loan to deposit ratio (LDR) yang ada di level 79%-80%.
"Di samping dana masih baik, profit juga terus bertambah dan mengikuti pertumbuhan kredit," imbuhnya.
Sekadar catatan, per Agustus 2019 lalu total aset BCA (unaudited) mencapai Rp 866,66 triliun atau masih tumbuh sebesar 10,66% secara yoy.
Sementara itu sebelumnya, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyatakan pada kuartal IV-2019 aset masih bisa naik. Tentunya dengan potensi penyaluran kredit yang diramal meningkat di kuartal IV-2019.