kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Per akhir Juli, enam bank besar menguasai 53,23% aset perbankan Indonesia


Selasa, 15 Oktober 2019 / 04:48 WIB
Per akhir Juli, enam bank besar menguasai 53,23% aset perbankan Indonesia
ILUSTRASI. JAKARTA,27/09-PERLAMBATAN LABA BANK. Warga melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (atm) di pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (27/09). Perlambatan pertumbuhan kredit akibat dari kondisi ekonomi global dan nasional mulai memberikan dam


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan aset perbankan di Tanah Air masih didominasi sebagian besar oleh bank besar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatat, per Juli 2019 total aset kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dengan modal di atas Rp 30 triliun sudah mencapai 4.396,67 triliun.

Jumlah tersebut setidaknya mewakili sekitar 53,23% total aset perbankan secara industri yang mencapai Rp 8.258,88 triliun pada periode akhir Juli 2019. Porsi tersebut melompat dari tahun sebelumnya yang baru sebesar 50,12%. Peningkatan aset BUKU IV secara industri disebabkan oleh masuknya PT Bank Panin Tbk ke BUKU IV.

Catatan saja, hingga akhir Agustus 2019 lalu Bank Panin mencatat total asetnya sudah mencapai Rp 193,2 triliun (unaudited). Masuknya Bank Panin ke kelompok BUKU IV makin memperkuat dominasi bank kelas kakap di Indonesia.

Terbukti, BUKU IV yang terdiri dari enam bank yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank Panin melesat naik 15,5% secara year on year (yoy) per Juli 2019.

Baca Juga: Kredit melambat, bank pacu bisnis wealth management

Pertumbuhan tersebut praktis melampaui pertumbuhan aset secara industri yang hanya naik 8,74% secara tahunan.

Kendati demikian, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya tak yakin aset perbankan masih bisa tumbuh dua digit di akhir 2019. Hal ini tentu tidak terlepas dari perlambatan laju kredit yang menerpa industri perbankan.

"Aset itu berkembang dari dua faktor, pertama DPK (dana pihak ketiga) dan laba," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (14/10). 

Nah, menurut Jahja sampai saat ini pertumbuhan DPK secara industri masih terbilang seret. Walau sudah mengalami perbaikan dibandingkan pertengahan tahun 2019.

Dus, BCA memandang pada akhir tahun ini aset BCA hanya akan tumbuh satu digit saja. "Rasanya kalau total aset tumbuh double digit, berat juga," lanjutnya. 

Sampai saat ini pertumbuhan aset di BCA masih di kisaran 7%.

Ruang peningkatannya menurut Jahja bisa mencapai 9%, maksimal 10% di akhir tahun. Tentunya dengan asumsi pertumbuhan kredit berada pada level yang seimbang. 

Baca Juga: Mari menguji resep BI dan pemerintah mengatasi rupiah

Lagipula, dibandingkan dengan perbankan pada umumnya, jumlah DPK BCA masih relatif tebal, terbukti dari loan to deposit ratio (LDR) yang ada di level 79%-80%. 

"Di samping dana masih baik, profit juga terus bertambah dan mengikuti pertumbuhan kredit," imbuhnya.

Sekadar catatan, per Agustus 2019 lalu total aset BCA (unaudited) mencapai Rp 866,66 triliun atau masih tumbuh sebesar 10,66% secara yoy.

Sementara itu sebelumnya, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menyatakan pada kuartal IV-2019 aset masih bisa naik. Tentunya dengan potensi penyaluran kredit yang diramal meningkat di kuartal IV-2019.

Bank berlogo 46 ini optimistis aset masih bisa tumbuh di kisaran 12%-13% secara yoy di penghujung tahun. "Dengan pertumbuhan kredit pada kisaran 13%-15% sebagai pendorong pertumbuhan aset," katanya.

Untuk menopang pertumbuhan tersebut, pihaknya akan fokus mendorong pertumbuhan anorganik. Beberapa strategi yang dipersiapkan antara lain seperti akuisisi dan penguatan modal anak perusahaan yang kemungkinan dilakukan oleh BNI.

Baca Juga: DPK melandai, perbankan berbondong terbitkan surat utang

Namun, Herry juga menambahkan, rencana penguatan modal anak usaha untuk mendorong kinerja perusahaan secara konsolidasi masih dalam tahap pengkajian. 

"Ini merupakan strategi jangka menengah-panjang BNI dalam menopang pertumbuhan aset," sambungnya.

Bukan cuma BUKU IV yang mendominasi aset perbankan secara industri. BUKU III dengan modal inti sebesar Rp 5 triliun sampai Rp 30 triliun juga masih cukup kuat. 

Tercatat per Juli 2019 total aset BUKU III masih sebesar Rp 2.595,47 triliun walau turun 0,12% secara yoy. Realisasi tersebut nyatanya mewakili 31,42% aset perbankan secara industri.

Meski begitu, porsi aset BUKU III terhadap industri menurun jika dibanding Juli 2018 yang mencapai 34,21%. Salah satu bank BUKU III terbesar yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan beberapa pekan lalu bahwa pihaknya tak mau mematok target aset terlalu tinggi. Lantaran tengah mempersiapkan diri untuk ekspansi di 2020 sambil melakukan perbaikan kualitas aset.

Alhasil, BTN menargetkan aset akan tumbuh di level 7%-9% di akhir tahun sejalan dengan kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×