Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas), menyebutkan ada tiga hal yang menjadi tantangan perbankan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tiga tantangan tersebut adalah permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.
Namun Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, menegaskan bahwa tantangan perbankan yang paling utama adalah permodalan. "Dengan modal mumpuni, perbankan bisa membeli teknologi dan memilih sumber daya manusia yang baik," terang Sigit saat ditemui Kontan, pekan lalu.
Dalam proyeksi Perbanas, dalam beberapa tahun mendatang diperlukan tambahan Rp 113 triliun untuk perbankan di Indonesia. Menurut Sigit, angka tersebut sulit dipenuhi jika hanya mengandalkan pertumbuhan bisnis.
Bahkan, kata Sigit, sumber dana dari pasar modal hanya bisa memberikan sekitar Rp 30 triliun. "Artinya, dari mana sisanya kalau tidak dari dana asing," terang Sigit.
Untuk itu, Sigit bilang, kita tidak boleh begitu saja bilang sudah anti asing. Karena tanpa bantuan pendanaan dari asing, maka bank kita tetap kerdil dan tidak bisa bersaing. Meski begitu, lanjut Sigit, dirinya bukan memaksa untuk menerima asing, tapi harus pertimbangkan dengan baik manfaat dan mudaratnya.
Selama ini, Sigit menjelaskan, salah satu persoalan terbesar di perbankan Indonesia adalah permodalan. "Dalam MEA juga sama. Bank-bank di Indonesia termasuk bank bermodal rendah, beda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand," ungkapnya.
Saat ini, Sigit juga menuturkan, level loan to deposit ratio (LDR) perbankan di Indonesia di atas 90%. Artinya, ruang kita memberikan kredit ke depan hanya sedikit sekali. Bahkan ada bank yang LDR-nya melewati 100%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News